Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Epidemiolog Dorong Tes Rapid Antigen Massal, Ini Alasannya

Pasalnya, salah satu upaya yang perlu digencarkan pemerintah antara lain dengan memperbanyak tes, lacak, dan isolasi.
Ilustrasi - Petugas medis memperlihatkan sampel darah pengemudi angkutan umum saat tes cepat (Rapid Test) COVID-19 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ilustrasi - Petugas medis memperlihatkan sampel darah pengemudi angkutan umum saat tes cepat (Rapid Test) COVID-19 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Epidemiolog menyatakan bawah tes rapid antigen dengan cara diusap ke dalam rongga pernapasan bisa menjadi solusi tes PCR yang selama ini harganya dinilai mahal.

"Tes Swab Antigen adalah pilihan tes untuk skrining Covid-19 yang cukup akurat dan sudah dianjurkan WHO karena dapat deteksi orang-orang pembawa virus Covid-19. Harga murah, dan hasil tes cepat diketahui. Pilihan tes kendalikan pandemi," ungkap Epidemiolog FKM UI Pandu Riono melalui akun Twitter resminya, Rabu (4/11/2020). 

Menurutnya, salah satu upaya yang perlu digencarkan pemerintah antara lain dengan memperbanyak tes, lacak, dan isolasi. Hal ini terbukti cukup ampuh mengendalikan kasus Covid-19 di DKI Jakarta yang mulai melandai. 

"Rekrut tenaga pelacak atau tracer untuk  perkuat lacak dan isolasi untuk putus rantai penularan. Selain terus memotivasi penduduk agar capai minimal 85 persen berperilaku 3M [memakai masker, mencuci tangan, dan menjaa jarak]," imbuhnya. 

Adapun, Pandu mengatakan, untuk memantau pandemi bisa dilakukan dengan fokus pada beberapa tren seperti jumlah tes, angka positif, angka orang yang harus dirawat di rumah sakit, dan angka kematian. 

"Untuk wilayah DKI Jakarta, tren layanan tes ini mengalami penurunan, sehrusnya terus meningkat. Sulit interpretasi penrunan kasus tapi tren yang dirawat fan yang meninggal mendatar," ujar Pandu. 

Sementara itu, masyarakat juga diimbau tetap waspada dan disiplin protokol kesehtan, terutama sebelum vaksin benar-benar ada dan bisa beredar. 

"Vaksinasi tidak boleh wajib walaupun gratis. Namun, tetap perlu diutamakan keamanan dan efektivitasnya. Semua prses harus berbasis sains dan transparan. Edukasi yan jelas dan jujur, termasuk menjelaskan efeksamping yang dapat terjadi," tambah Pandu. 

Pandu mengatakan, pemakaian masker walaupun kain tetap bermanfaat untuk mencegah dan menekan penularan Covid-19. 

"Manfaatnya kian meningkat bila setiap orang pakai masker tersebut. Tidak perlu pakai masker N95 yang mahal, itu hanya untuk nakes [tenaga kesehatan]. Masker itu vaksin kita yang terbaik, aman dan efektif. Ayo pakai masker kemana kita pergi." 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper