Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kecam Aksi Terorisme di Nice, Dewan Muslim Prancis Minta Umat Berkabung

Adanya wujud solidaritas dari Dewan Keimanan Islam menunjukkan bahwa toleransi masih ada di tengah tegangnya hubungan Prancis dan komunitas Muslim akhir-akhir ini.
Menara Eiffel disinari lampur berwarna putih, merah dan biru sesuai warna bendera Prancis sebagai penghormatan kepada korban tewas serangan teroris di Paris, Jumat (13/11/2015)/Reuters
Menara Eiffel disinari lampur berwarna putih, merah dan biru sesuai warna bendera Prancis sebagai penghormatan kepada korban tewas serangan teroris di Paris, Jumat (13/11/2015)/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Peristiwa terorisme yang terjadi di Gereja Notre-Dame Basilica, Nice, Prancis, Kamis (29/10/2020) menuai kecaman dari berbagai pihak.

Dewan Keimanan Muslim Prancis turut mengutuk aksi tersebut. Bahkan sebagai wujud solidaritas, organisasi tersebut meminta seluruh Muslim di Prancis untuk berkabung atas para korban yang meninggal.

"Sebagai bentuk duka dan solidaritas terhadap para korban dan keluarga mereka, kami meminta Muslim di seluruh Prancis untuk membatalkan segala bentuk perayaan Maulid Nabi," ujar pernyataan pers Dewan Keimanan Islam Prancis, dikutip dari CNN.

Seperti diberitakan sebelumnya, tiga orang meninggal dalam aksi teror yang terjadi di Notre-Dame Basilica tersebut. Seorang pria bersenjata tajam membunuh tiga orang pengunjung di sana.

Salah satu korban bahkan dipenggal oleh pelaku di mana menyerupai pembunuhan guru asal Paris, Samuel Paty, pada pertengahan Oktober lalu.

Hingga berita ini ditulis, identitas pelaku maupun motifnya belum diketahui secara pasti. Pelaku diduga seorang Muslim karena ia meneriakkan Allahu Akbar beberapa kali, saat beraksi dan ketika ditangkap.

Perihal motif, ada yang mengaitkannya dengan karikatur Nabi Muhammad dari majalah satir Charlie Hebdo di mana menjadi sorotan akhir-akhir ini.

Adanya wujud solidaritas dari Dewan Keimanan Islam menunjukkan bahwa toleransi masih ada di tengah tegangnya hubungan Prancis dan komunitas Muslim akhir-akhir ini. Pemicu ketegangan itu sendiri adalah pernyataan Presiden Emmanuel Macron soal aksi-aksi teror di Prancis.

Beberapa hari lalu, Emmanuel Macron menuding Islam Radikal sebagai dalang di balik sejumlah aksi teror di Prancis, termasuk pembunuhan Samuel Paty.

Menurutnya, hal tersebut sebagai hasil dari krisis Islam. Oleh karenanya, dia akan bertindak lebih tegas terhadap komunitas Islam yang dirasa radikal, termasuk menutup masjid yang melindungi mereka.

Dampak dari pernyataan Macron diperburuk dengan dukungan penerbitan kembali karikatur Nabi Muhammad dari majalah Charlie Hebdo. Padahal, dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad tidak boleh diilustrasikan dalam wujud manusia karena sosok suci.

Alhasil, komunitas Muslim di berbagai penjuru dunia mulai memboikot produk-produk asal Prancis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper