Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal ketiga 2020 menggarisbawahi koreksi proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) belum lama ini. IMF memperkirakan PDB China akan tumbuh 1,9 persen tahun ini, naik dari proyeksi Juni sebesar 1 persen. Tahun depan, China diproyeksikan tumbuh 8,2 persen.
"Kembalinya China ke pertumbuhan yang lebih kuat dari yang diharapkan membantu mendukung perbaikan dalam prospek global IMF," kata lembaga itu dalam laporannya, dilansir Bloomberg, Senin (19/10/2020).
Adapun kontraksi global tahun ini dikoreksi menjadi -4,4 persen dari sebelumnya, naik dari perkiraan sebelumnya -5,2 persen. Secara keseluruhan, pada tahun depan output global akan melampaui 0,6 persen dari tingkat 2019 atau sebelum pandemi melanda, yang hampir seluruhnya didorong oleh China.
Sebagian besar negara lain, termasuk Amerika Serikat harus menunggu setidaknya hingga 2022 untuk melihat pemulihan penuh ke level sebelum pandemi.
Menurut perhitungan Bloomberg menggunakan data IMF, ekonomi terbesar kedua di dunia itu akan meningkatkan pangsa pertumbuhan globalnya menjadi 27,7 persen pada 2025, hampir tiga kali lipat dari AS.
Sementara itu, China juga memiliki piutang sebesar 60 persen yang harus dibayar oleh negara-negara termiskin di dunia tahun ini. Jumlah itu menjadikan partisipasi Beijing dalam program keringanan utang sebagai faktor utama dalam prospek pemulihan negara-negara yang dilanda krisis.
Pada perpanjangan program penangguhan utang oleh G20 hingga Juni 2021 yang disepakati G20, China tak ikut menyetujui. Presiden Bank Dunia David Malpass mengkritisi absennya China pada perpanjangan tersebut.
"Kreditur swasta dan kreditur bilateral yang tidak berpartisipasi tidak boleh diizinkan untuk menumpang bebas pada keringanan utang orang lain," kata Malpass.