Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah kekhawatiran naiknya kasus Covid-19, penjualan ritel Inggris tercatat naik pada September pada laju tahunan tercepat sejak 2009.
Konsorsium Ritel Inggris atau BRC mengatakan lonjakan 5,6 persen pada September dibandingkan dengan tahun sebelumnya didorong oleh penimbunan baru oleh warga, belanja awal Natal dan pembukaan kembali sekolah yang meningkatkan permintaan pakaian.
Namun, BRC memperingatkan pembatasan yang lebih ketat untuk mengendalikan lonjakan virus Corona dapat mendatangkan kemunduran yang serius. Kemarin, Perdana Menteri Boris Johnson mengumumkan bahwa bar dan pub akan tutup di bagian Inggris yang paling parah mulai Rabu pekan ini.
“Industri ini mulai pulih. Namun, penyimpanan paksa atau penutupan gudang selama penguncian di masa depan dapat menyebabkan kemajuan ini mundur kembali,” kata Kepala Eksekutif BRC Helen Dickinson, dilansir Bloomberg, Selasa (13/10/2020).
BRC juga memperingatkan laju pertumbuhan bulan lalu juga dipengaruhi buruknya kinerja ritel September 2019 ketika pengeluaran dilanda kekhawatiran tentang Brexit tanpa kesepakatan.
Prospek itu sekali lagi dihadapi warga Inggris. Perusahaan menghadapi biaya, tarif dan gangguan perbatasan pada 1 Januari mendatang kecuali jika Inggris dan Uni Eropa dapat memecahkan kebuntuan dalam pembicaraan mengenai perjanjian perdagangan baru.
Baca Juga
Kinerja bulan lalu yang menggembirakan juga dilaporkan oleh Barclaycard, yang mengatakan pengeluaran naik 2 persen pada tahun ini. Hal itu didorong konsumen yang khawatir mengenai langkah pembatasan baru oleh pemerintah, sehingga mulai membeli lebih banyak barang kebutuhan untuk cadangan.
Warga Inggris juga membelanjakan uang lebih banyak untuk perbaikan rumah seiring meningkatnya aturan bekerja dari rumah.