Bisnis.com, JAKARTA – Langkah Inggris untuk ‘bercerai’ dengan Uni Eropa atau Brexit membuat perusahaan-perusahaan finansial memindahkan aset-aset dan karyawannya ke negara lain di Eropa.
Dilansir dari Bloomberg, Kamis (1/10/2020), laporan dari EY menyatakan, perusahaan-perusahaan yang memiliki basis operasi di Inggris hingga saat ini telah memindahkan 7.500 karyawan dan aset senilai US$1,6 triliun ke negara-negara anggota Uni Eropa.
Laporan tersebut melacak kelangsungan operasi 222 perusahaan finansial dengan basis operasi yang besar di Inggris.
Pada bulan lalu, sebanyak 400 rencana relokasi telah diumumkan dan akan terus bertambah. Adapun, sebanyak 2850 tenaga kerja telah dipindahkan ke negara-negara seperti Irlandia, Luksembur dan Jerman.
Sementara itu, JPMorgan Chase & Co telah merelokasi aset dan karyawannya dalam beberapa minggu belakangan. Adapun Goldman Sachs Group Inc. telah berencana memindahkan 100 orang dari Inggris ke negara-negara anggota Uni Eropa lain.
Selain itu, sebanyak 24 perusahaan layanan finansial juga mengatakan mereka akan memindahkan aset-aset mereka dari Inggris seiring dengan ketidakpastian perizinan operasi di ibukota keuangan di Benua Eropa tersebut.
Baca Juga
Dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, perusahaan di Eropa yang beroperasi di Inggris akan kehilangan lisensinya untuk menawarkan jasa-jasanya di negara anggota Uni Eropa.
Kelangsungan operasi mereka amat bergantung pada kebijakan Uni Eropa untuk memberikan akses pelayanan tersebut kepada Inggris.
“Seiring dengan berakhirnya masa transisi Brexit, kami melihat sejumlah perusahaan telah masuk dalam fase terakhir untuk mengantisipasi hal ini ditengah terjadinya pandemi dan pembatasan pergerakan manusia. Sementara, sejumlah perusahaan juga masih terus memantau keadaan lebih lanjut dan perpindahan ini akan semakin meningkat dalam waktu dekat,” jelas Financial Services Managing Partner EY, Omar Ali.
Saat ini, Inggris masih memegang cukup banyak aset dari bank asal Amerika Serikat. Pada 2019, lima besar bank di Wall Street menyimpan aset mereka di Inggris sebesar US$136 miliar, sementara perusahaan asal Uni Eropa memiliki modal sebesar US$ 45 miliar.