Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor China Melambung di Tengah Lonjakan Permintaan Global

Meski tengah menggembar-gemborkan kebijakan sirkulasi domestik yang bertumpu pada konsumsi dalam negeri, kinerja ekspor China terus merangkak naik di tengah melonjaknya permintaan global.
Suasana di Pelabuhan Lianyungang, Provinsi Jiangsu, China, 8 September 2018./REUTERS-Stringer
Suasana di Pelabuhan Lianyungang, Provinsi Jiangsu, China, 8 September 2018./REUTERS-Stringer

Bisnis.com, JAKARTA - Dominasi ekspor global China tampak melampaui tingkat yang terlihat pada tahun-tahun sebelumnya. Data dari Oxford Economics dan Haver Analytics menunjukkan bahwa meskipun volume keseluruhan telah turun, pangsa ekspor global China dibandingkan dengan eksportir besar lainnya melonjak menjadi lebih dari 18 persen pada April lalu, sebelum turun sedikit menjadi 15,9 persen pada Juli.

Meski tengah menggembar-gemborkan kebijakan sirkulasi domestik yang bertumpu pada konsumsi dalam negeri, kinerja ekspor China terus merangkak naik di tengah melonjaknya permintaan global. Hal itu juga sebagai dampak dari mitra dagang utama yang secara bertahap melanjutkan aktivitas bisnis.

Dilansir Bloomberg, Selasa (29/9/2020) pada bulan lalu ekspor China tercatat naik 9,5 persen dari tahun sebelumnya menjadi US$235,3 miliar, level tertinggi ketiga dalam catatan. Baik nilai pengiriman ke Amerika Serikat maupun surplus perdagangan bilateral, berada pada level tertinggi sejak November 2018.

Ekspor China telah melampaui ekspektasi tahun ini, tumbuh secara signifikan lebih cepat daripada perdagangan global karena permintaan yang kuat untuk barang-barang terkait Covid-19.

Pembukaan kembali secara bertahap banyak negara di Asia dan di seluruh dunia juga telah meningkatkan minat akan barang-barang China, meskipun tidak jelas berapa lama negara tersebut akan terus mendapatkan keuntungan dari faktor-faktor ini.

"Ketahanan ekspor China yang mengejutkan di tengah pandemi global disebabkan oleh beberapa faktor khusus," kata Lu Ting, kepala ekonom China di Nomura International HK Ltd.

Faktor tersebut antara lain lonjakan ekspor alat pelindung diri dan produk kerja dari rumah serta penurunan ekspor dari beberapa pesaing pasar berkembang yang masih sangat terpukul oleh pandemi.

Ekspor tekstil termasuk masker naik 33,4 persen dalam delapan bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu. Menurut laporan ekonom China International Capital Corp, tanpa dorongan dari barang-barang terkait medis, ekspor pada Maret hingga Juli seharusnya turun rata-rata 3,1 persen setiap bulan.

Frederic Neuman, Kepala Penelitian ekonomi Asia di HSBC Holdings di Hong Kong mengatakan lonjakan pengiriman mungkin tidak akan bertahan lama. Stagnasi produksi di tempat lain telah menopang ekspor China, dan kekhawatiran atas ketegangan perdagangan baru dengan AS juga dapat mendorong pengiriman yang terburu-buru.

"Namun, karena pabrik-pabrik di seluruh dunia kembali beroperasi dan permintaan barang-barang buatan China menjadi normal, pertumbuhan ekspor China akan kembali sejalan dengan pertumbuhan permintaan global, yang tampaknya akan lesu selama beberapa tahun mendatang," kata Neumann.

Adapun impor pada bulan lalu turun 2,1 persen menjadikan surplus perdagangan sebesar US$58,9 miliar. Menurut laporan dari ekonom di Australia & New Zealand Banking Group, enurunan impor sebagian besar disebabkan oleh terpangkasnya harga, dengan volume pengiriman meningkat sejalan dengan pemulihan yang didorong oleh investasi.

Impor tembaga pada turun dari level tertinggi karena permintaan dari sektor konsumsi utama melambat. Impor batu bara turun 20,8 persen dari bulan sebelumnya. Impor bijih besi turun 10,9 persen dari Juli tetapi naik dari tahun sebelumnya karena permintaan baja yang kuat.

Surplus perdagangan dengan sebesar AS adalah US$34,2 miliar, tertinggi sejak November 2018. Impor China dari AS naik 1,8 persen, sementara impor dari Australia anjlok 26,2 persen karena hubungan memburuk.

Perdagangan bilateral adalah satu bidang hubungan AS-China yang tidak memburuk belakangan ini, dengan kedua negara menegaskan kembali komitmen mereka untuk kesepakatan perdagangan fase satu. Para pejabat telah sepakat untuk menciptakan kondisi untuk mendorong kesepakatan itu, meskipun dengan ketegangan yang meningkat, itu bisa berubah.

"Ekspor ke AS terus meningkat, sebagian karena pemuatan awal karena kekhawatiran tentang meningkatnya ketegangan," kata Tommy Xie, ekonom di Oversea Chinese Banking Corp.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper