Bisnis.com, JAKARTA – Kabar mengenai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang tengah menggodok penyederhanaan kurikulum untuk diterapkan secara bertahap pada Maret 2021 tersebar di media sosial bahwa. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) pun menilai keputusan itu tak transparan.
Sebelumnya, tersebar draf berjudul Sosialisasi Penyederhanaan Kurikulum dan Asesmen Nasional. Namun, tertera informasi di bawahnya bahwa dokumen tersebut rahasia. Tak sesuai judulnya, guru pun tak pernah merasa disosialisasikan untuk penyederhanaan kurikulum tersebut.
“Kurikulum yang sedang digodok Kemendikbud bagi saya sangat cepat perubahannya, karena kurikulum 2013 baru diterapkan 7 tahun, dan baru direvisi juga pada 2016. Artinya masih banyak sekolah yang baru menerapkan kurikulum 2013 selama 4 tahun,” kata Wakil Sekjen FSGI Satriwan Salim kepada Bisnis, Jumat (18/9/2020).
Adapun, FSGI menilai penyederhanaan kurikulum itu belum melibatkan semua pemangku pendidikan, dan prosesnya tertutup. Tidak ada dialog dengan publik dan tidak ada sosialisasi dengan publik supaya guru, orang tua, dan tenaga pendidikan bisa memberikan masukan yang berarti.
“Kurikulum 2013 sudah dimulai 2011, wacananya sudah dilempar dan struktur pembuatnya sudah ada dari 2012. Nah, yang sekarang ini ruang aspirasinya kelihatannya tertutup, tahu-tahu kok keluar tahun depan bulan Maret atau April 2021 sudah harus diterapkan,” ujarnya.
Satriwan menegaskan bahwa guru federasi sama sekali tak alergi dengan perubahan kurikulum karena memang harus menyesuaikan dengan perubahan zaman. Namun, kurikulum 2013 baru sepenuhnya diterapkan tahun ini dan apabila ada perubahan harus melibatkan semua pihak.
Baca Juga
“Sebelum melakukan perubahan, atau bahasanya menyederhanakan kurikulum, perlu ada evaluasi dari kurikulum sebelumnya. Masalahnya yang 2013 itu belum ada evaluasinya, apa saja kekurangannya sampai harus disederhanakan atau kalau menurut saya diganti,” kata dia.
Pasalnya, dalam rencana penyederhanaan kurikulum yang akan diterapkan Maret 2021 itu dijelaskan bahwa ada sejumlah mata pelajaran yang bertambah dan ada beberapa mata pelajaran wajib yang kemudian dijadikan mata pelajaran pilihan.
“Jadi saya kurang sepakat dengan sosialisasi penyederhanaan kurikulum karena justru membuat kurikulum itu makin kompleks, makin beragam, dan secara umum mengubah kurikulum 2013,” ungkapnya.