Bisnis.com, JAKARTA - Menristek sekaligus Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro membeberkan sebagian produk impor alat kesehatan termasuk rapid test terkait penanganan Covid-19 pada awal pandemi merebak di Indonesia mengandung unsur bisnis.
Hal itu diungkapkan Bambang saat memberi kata sambutan dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-42 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada Senin (24/8/2020).
“Pada waktu awal [pandemi di Indonesia] banyak sekali rapid test yang masuk sebagian mungkin memang ada unsur bisnisnya sebagian memang dengan niatan baik, tetapi yang terpenting semuannya itu impor dan kita tergantung dari supply impor [pada saat itu],” kata Bambang.
Demikian juga, alat untuk menegakkan uji PCR seperti reagen dan tes kit berasal dari kebutuhan akan produk impor. Selain itu, kebutuhan ventilator yang mendesak di awal penanganan pandemi juga turut bergantung dari produk impor.
“Kondisi itu secara jujur menunjukkan industri alat kesehatan dan bahan baku obat di Indonesia tidak didesain untuk kemandirian di bidang kesehatan,” ujarnya.
Kendati demikian, dia mengatakan, BPPT telah berhasil menciptakan sejumlah inovasi produk alat kesehatan untuk menangani Covid-19, sehingga ketergantungan barang impor itu dapat dikurangi.
Baca Juga
“Tetapi, karena ada kemampuan untuk reversed engineering ketergantungan pada produk impor bisa kita kurangi bahakan untuk rapid test versi selanjutnya muncul tadi [dari BPPT],” ujarnya.
BPPT tengah menggenjot produksi alat kesehatan produksi Indonesia dengan target 1 juta rapid test kit mulai Agustus dengan harga pasaran yang jauh lebih terjangkau.
Kepala BPPT Hammam Riza mengungkapkan, pada saat Covid-19 merebak, BPPT mengajak seluruh stakeholder untuk menghasilkan inovasi produk yang bisa diproduksi dalam negeri, dan pemenuhan kebutuhannya kita harus bisa diakselerasi.
“Saat ini BPPT sudah memiliki berbagai produk yang bisa digunakan untuk membantu mempercepat penanganan Covid-19 mengikuti rantai dari proses testing, tracing, isolating, sampai perawatan. Kami punya rapid diagnostic test kit, swab tes menggunakan PCR, dan melengkapi fasilitas kesehatan yang diperlukan untuk memeriksa sampel swab test yang pada saat awal sangat kurang,” jelas Hammam, Rabu (15/7/2020).
BPPT juga membangun mobile laboratory yang saat ini sedang dalam proses produksi sebanyak 3 unit dan diharapkan bisa membuat 10 unit lagi untuk disebar di seluruh Indonesia.
Untuk testing, Hammam menerangkan, BPPT bekerja sama dengan UGM, Unair, dan PT Hepatika Mataram untuk memproduksi rapid test kit dengan harga hanya Rp75.000.