Bisnis.com, JAKARTA - Israel akhirnya mencapai kesepakatan dengan Uni Emirat Arab untuk memulihkan hubungan kedua negara. Normalisasi hubungan keduanya itu tercapai sepekan lalu, Kamis (13/8/2020), dengan difasilitasi oleh Amerika Serikat.
Setelah keberhasilan itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui bahwa dia berharap Arab Saudi akan bergabung dengan perjanjian pemulihan hubungan diplomatik UEA-Israel.
"Ya," jawab Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih ditanya apakah dia berharap Saudi akan bergabung dalam kesepakatan itu, Rabu (19/8/2020).
Berdasarkan perjanjian, yang dibantu Trump, Israel setuju untuk menghentikan sementara rencananya untuk mencaplok daerah-daerah di Tepi Barat yang diduduki.
Perjanjian itu juga menegaskan penentangan terhadap Iran, kekuatan di kawasan yang dianggap UAE, Israel, dan Amerika Serikat sebagai ancaman utama di Timur Tengah.
Dalam pernyataan resmi pertama yang dikeluarkan Saudi sejak perjanjian itu diumumkan, menteri luar negerinya mengatakan pada Rabu bahwa kerajaan Sunni itu tetap berkomitmen soal perdamaian dengan Israel atas dasar Prakarsa Perdamaian Arab 2002.
Baca Juga
Arab Saudi, yang tidak mengakui Israel, menyusun prakarsa itu, yang berisi tawaran bahwa negara-negara Arab akan memulihkan hubungan dengan Israel jika Israel mencapai kesepakatan dengan Palestina.
Selain itu, menurut prakarsa tersebut, Israel harus secara penuh menarik keberadaannya dari wilayah yang dicaploknya pada 1967.
Sebelumnya selama konferensi pers, Trump menyebut perjanjian UEA-Israel sebagai kesepakatan yang bagus. "Negara-negara yang kita bahkan tidak percaya ingin ikut kesepakatan itu," jelasnya.
Dia tidak menyebutkan nama-nama negara yang dimaksud, selain Arab Saudi.
Trump juga mengatakan UEA tertarik untuk membeli jet-jet F-35 buatan Lockheed Martin Co, yang digunakan Israel dalam pertempuran. "Mereka punya uang dan ingin memesan cukup banyak F-35," kata Trump.