Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Kesepakatan Damai Uni Emirat Arab dan Israel, Iran: Memalukan!

Israel mencapai kesepakatan dengan Uni Emirat Arab untuk memulihkan hubungan kedua negara Kamis (13/8/2020), dengan difasilitasi Amerika Serikat.
Newswire
Newswire - Bisnis.com 15 Agustus 2020  |  13:44 WIB
Kesepakatan Damai Uni Emirat Arab dan Israel, Iran: Memalukan!
Bendera Iran - Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Iran menilai kesepatan damai antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel sebagai sebuah pengkhianatan ke komunitas Muslim.

Seperti diketahui, Israel akhirnya mencapai kesepakatan dengan Uni Emirat Arab untuk memulihkan hubungan kedua negara. Normalisasi hubungan keduanya itu tercapai, Kamis (13/8/2020), dengan difasilitasi oleh Amerika Serikat.

"Sebuah kesepakatan yang berbahaya, memalukan, dan mengintervensi keadilan politik di wilayah teluk... Ini seperti warga Palestina dan komunitas Muslim ditusuk dari belakang," ujar pernyataan pers Kementerian Luar Negeri Iran, dikutip dari Al- Jazeera, Jumat (14/8/2020).

Menurut Iran, pemerintah UEA harus bersiap atas segala konsekuensi buruk yang berpotensi timbul dari kesepakatan itu. Menurut Iran, alih-alih menimbulkan kedamaian, kedua negara malah memperkuat pemberontakan di kawasan Teluk.

UEA dan Israel meneken kesepakatan normalisasi yang mereka sebut sebagai Abraham Accord. Kesepakatan yang diteken tanggal 13 Agustus itu, salah satu isinya, terkait penghentian aneksasi Tepi Barat oleh Israel.

Selain itu, menjadikan Uni Emirat Arab sebagai negara teluk Arab pertama yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Bagi sejumlah pihak, kesepakatan Uni Emirat Arab dan Israel itu lebih pas disebut sebagai kemunduran. Alasannya, tidak konsisten dengan upaya negara-negara Arab selama ini untuk tidak melakukan normalisasi hubungan dengan Israel hingga perjanjian damai ada dan Palestina sebagai negara merdeka tercapai.

Dengan kata lain, seperti membiarkan Israel cuci tangan atas masalah dengan Palestina selama ini.

"Mereka yang tertindas di Palestina tidak akan pernah memaafkan kesepakatan dengan rezim Israel dan kejahatan mereka," ujar pernyataan pers Pemerintah Iran.

Iran berharap UEA berubah pikiran dan menganulir kesepakatan itu.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan hal senada. Dia menolak dan mengecam kesepakatan UEA dan Israel.

Dia bahkan mengaku terkejut atas perjanjian itu yang dipandangnya sebagai pengkhianatan atas Yerusalem, Al-Aqsa, dan perjuangan Palestina meskipun aneksasi ditahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

iran israel uea

Sumber : Tempo

Editor : Oktaviano DB Hana

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top