Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Inggris kembali ke pertumbuhan lebih lambat dari yang diperkirakan pada Mei 2020 menyusul penurunan paling tajam pada catatan sebulan sebelumnya, dipicu oleh pandemi virus corona jenis Covid-19.
Kantor Statistik Nasional (ONS) Inggris mengatakan produk domestik bruto (PDB) tumbuh sebesar 1,8 persen pada Mei 2020 karena ekonomi melakukan pemulihan moderat dari April, ketika PDB turun hingga seperlima selama sebulan penuh pertama setelah penerapan lockdown.
Setelah keruntuhan terbesar dalam aktivitas perekonomian dimulai, para ekonom mengharapkan beberapa pemulihan dalam terjadi pada Mei. Namun, kenyataannya proses kebangkitan kembali lebih lemah dari perkiraan tingkat pertumbuhan 5,5 persen oleh para ekonom.
Dengan ribuan perusahaan terpaksa tutup sementara untuk membatasi penyebaran virus, sektor jasa yang dominan di Inggris—yang membentuk sekitar 80 persen ekonomi—tumbuh hanya 0,9 persen bulan itu, terseret oleh penurunan tingkat aktivitas dalam seni, hiburan dan rekreasi, serta di agen perumahan dan perusahaan IT.
Manufaktur dan konstruksi pada Mei tumbuh lebih dari 8 persen dari dengan April, ketika aktivitas di pabrik dan di lokasi pembangunan mulai pulih dengan menerapkan langkah-langkah jarak fisik.
Meskipun secara bertahap kembali ke pertumbuhan, tingkat PDB tidak pulih dari penurunan rekor aktivitas pada Maret dan April, karena darurat kesehatan global menyebabkan penghentian kegiatan secara luas, dengan PDB sekitar 24,5 persen lebih rendah dibandingkan dengan Februari.
Baca Juga
ONS mengatakan ekonomi Inggris menyusut 19 persen selama periode 3 bulan hingga akhir Mei, karena pembatasan pemerintah pada pergerakan secara dramatis mengurangi aktivitas ekonomi.
Jonathan Athow, deputi ahli statistik nasional untuk statistik ekonomi di ONS, mengatakan manufaktur dan pembangunan rumah menunjukkan tanda-tanda pemulihan dengan staf kembali bekerja. Meski demikian, ekonomi masih 25 persen lebih rendah pada Mei dibandingkan dengan Februari, sebelum dampak penuh dari pandemi melanda.
“Di sektor jasa penting, kami melihat beberapa kenaikan di ritel, yang mencatat rekor penjualan online. Namun, dengan lockdown masih diteraokan secara terbatas, banyak layanan lain tetap dalam keadaan lesu dan penurunan aktivitas di sejumlah wilayah berlanjut.”