Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron resmi menunjuk politikus partai Republik Jean Castex sebagai perdana menteri baru.
Keputusan ini diumumkan Macron pada Jumat (3/7/2020) waktu setempat, hanya beberapa jam setelah PM sebelumnya Edouard Philippe resmi mundur dari jabatannya.
Castex sebelumnya merupakan mayor Prades, kota kecil di sisi selatan Perancis. Kemampuannya menerapkan lockdown di kota tersebut banyak menuai respons positif.
Penunjukan Castex sebagai pengganti merupakan langkah menarik. Sebab Castex, baru-baru ini mulai digadang-gadang sebagai calon pesaing berat Macron untuk Pilpres Prancis berikutnya yang bakal dihelat pada 2022.
Di sisi lain, pengunduran Philippe bukanlah kejutan. Isu tersebut sudah santer terdengar sebulan terakhir, menyusul krisis ekonomi yang dialami Prancis di tengah pandemi Covid-19.
Setelah mundur, Philippe akan menjabat sebagai mayor Le Havre. Dia baru saja memenangkan pilkada di kota tersebut pada akhir pekan lalu.
Baca Juga
"Tiga tahun dia [Philippe] berada di sampingku, kami telah melakukan reformasi penting dan bersejarah. Kami tetap akan punya hubungan dan kepercayaan yang baik satu sama lain," ujar Macron dalam kalimat perpisahannya pada Philippe, dikutip dari BBC
Dengan perubahan kabinet ini, segala peluang kian terbuka lebar. Bisa jadi Castex bakal meraih popularitas semakin tinggi untuk melawan Macron kelak, tapi bisa pula ia justru akan menjalin hubungan dekat dengan Macron dan tak jadi bersaing di Pilpres berikutnya, demikian menurut koresponden politik Perancis BBC, Lucy Williamson.
Namun apapun itu, kata Williamson, saat ini tugas terpenting bagi Macron maupun Castex adalah memulihkan ekonomi Perancis.
"Macron sedang menghadapi kondisi dan tekanan yang kompleks."
Sementara itu, dilansir Bloomberg pada Sabtu (4/7/2020), mata uang Euro juga berfluktuasi mengikuti keputusan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk menunjuk perdana menteri baru setelah mengundurkan diri.
Adapun, indeks Stoxx Europe 600 anjlok setelah adanya berita mengenai Bank Sentral Eropa yang menghadapi potensi risiko terkait dengan beban program penerbitan obligasi darurat terhadap negara dengan ekonomi lemah, seperti Italia.