Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ombudsman RI: Aduan Masyarakat Paling Banyak soal Bansos Tak Adil  

Ombudsman RI mencatat pengaduan masyarakat tertinggi di tengah pandemi Covid-19 didominasi perkara penyaluran bantuan sosial (bansos).
Ilustrasi - Petugas Jaring Pengaman Sosial (JPS) swadaya tingkat desa memberikan bantuan sembako kepada warga terdampak COVID-19 di Perumahan Candi Asri, Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (8/4/2020). Warga setempat secara swadaya melakukan iuran yang hasilnya disumbangkan kepada warga terdampak COVID-19 berupa sembako dan hand sanitizer. ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Ilustrasi - Petugas Jaring Pengaman Sosial (JPS) swadaya tingkat desa memberikan bantuan sembako kepada warga terdampak COVID-19 di Perumahan Candi Asri, Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (8/4/2020). Warga setempat secara swadaya melakukan iuran yang hasilnya disumbangkan kepada warga terdampak COVID-19 berupa sembako dan hand sanitizer. ANTARA FOTO/Anis Efizudin

Bisnis.com, JAKARTA - Ombudsman RI mencatat pengaduan masyarakat tertinggi di tengah pandemi Covid-19 didominasi perkara penyaluran bantuan sosial (bansos).

Hal ini diungkapkan Ketua Ombudsman RI Amzulian Rifai konferensi pers daring perkembangan data pengaduan daring Covid-19, Rabu (3/6/2020).

"Dari total 1.004 laporan yang masuk ke Ombudsman sejak 29 April sampai 29 Mei 2020, berdasarkan substansi, laporan paling banyak terkait dengan bantuan sosial. Sebanyak 81,3 persen laporan kepada Ombudsman terkait bansos atau 817 pengaduan," jelasnya.

Aduan masyarakat terkait bansos didominasi soal penyaluran bantuan tidak merata dalam hal waktu dan masyarakat yang dituju serta wilayah sasarannya (25 persen). Disusul prosedur dan persyaratan untuk menerima bantuan yang tidak jelas (21,2 persen).

"Ini tentu merugikan masyarakat yang menerima bantuan sosial. Aduan soal bansos selanjutnya yaitu terkait masyarakat yang kondisinya lebih darurat ternyata tidak terdaftar dan sebaliknya ada 18 persen. Sementara itu yang terdaftar tapi tidak menerima bantuan ada 17,7 persen," ungkapnya.

Setelah perkara bansos, aduan masyarakat terkait ekonomi dan keuangan persentasenya 14,8 persen dari total atau 149 pengaduan, didominasi soal ketidakjelasan restrukturisasi kredit (29 persen) dan ketidakjelasan relaksasi kredit (28 persen).

Disusul lambatnya respons aduan internal Otoritas Jasa Keuangan, soal debt collector, dan kebijakan diskon 50 persen listrik 900VA yang tidak semua pelanggan mendapatkannya.

Laporan lainnya di luar dua perkara di atas, yakni terkait pelayanan kesehatan ada 19 pengaduan (1,89 persen), transportasi ada 15 pengaduan (1,49 persen), dan keamanan ada 4 pengaduan (0,40 persen).

"Ombudsman memberi saran agar pemerintah dapat terus melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap kebijakan dalam penanganan dan pengendalian dampak Covid-19 terhadap masyarakat," jelasnya.

Berdasarkan lokasi pengaduan, laporan terbanyak berasal dari wilayah Banten sebanyak 131 aduan. Disusul Sumatra Barat sebanyak 117 aduan, Jakarta, Bogor, Depok sebanyak 77 aduan, Jawa Tengah dan Jawa Timur masing-masing 70 aduan.

Adapun Instansi dengan persentase pengaduan terbanyak yaitu Dinas Sosial (53,1 persen), disusul OJK (3,3 persen), PLN (2,1 persen), perbankan (1,5 persen), dan Sarana Perhubungan (0,7 persen).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper