Bisnis.com, JAKARTA— Burberry Group Plc potensi bisnis di China semakin terlihat jelas sejalan dengan pemulihan ekonomi di Negeri Panda.
Saham Burberry tercatat tumbuh 4,2 persen merespons adanya optimisme pemulihan ekonomi di pasar terbesarnya yakni China. Sejak awal April tahun ini, perusahaan juga melaporkan penjualan di Korea Selatan mulai pulih.
Dikutip dari Bloomberg, Jumat (22/5/2020), hampir separuh dari jaringan toko Burberry harus tutup akibat pandemi virus corona. Walhasil, penutupan gerai Burberry itu menekan penjualan pada kuartal I/2020.
Pandemi virus corona dan pemberlakuan lockdown telah mencederai upaya desainer Riccardo Tisci dan Chief Executive Officer Marco Gobbetti untuk memacu penjualan pada tahun ini.
Setelah bisnis perusahaan asal Inggris ini mencatatkan penjualan yang datar, seharusnya tahun ini menjadi periode keemasan Gobbeti untuk membalikkan keadaan.
Penjualan ritel perusahaan ini turun 3 persen pada kuartal I/2020 dibandingkan dengan periode yang lalu. Angka penurunan ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan analis yang memperkirakan ada penurunan 4,6 persen.
Burberry pun menunda pembagian dividen dan melakukan pembelian sahamnya untuk memacu kesehatan keuangannya. Perusahaan ini memiliki cadangan uang tunai senilai 887 juta pounds atau setara US$1,1 miliar hingga akhir Maret.