Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi Inggris terancam mengalami resesi dalam skala besar yang belum pernah terjadi sebelumnya sepanjang sejarah.
Menteri Keuangan Rishi Sunak mengungkapkan pihaknya belum dapat menjelaskan prospek pemulihan ekonomi sesegera mungkin karena dampak yang siginfikan dari lockdown terhadap ekonomi Inggris.
"Kami kemungkinan akan menghadapi resesi yang parah, yang belum pernah kami saksikan," kata Sunak kepada House of Lords Economic Affairs Committee, dilansir Bloomberg, Rabu (20/5/2020).
Pandemi ini telah memaksa Sunak untuk mengambil langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk membayar sebagian dari upah pekerja, dalam upaya untuk memastikan bahwa sebanyak mungkin perekonomian tetap utuh setelah krisis berakhir.
Sunak mengatakan pemerintah mendorong keberlangsungan kapasitas produksi yang dapat memicu pemulihan yang diharapkan.
Sementara itu, Bank of England (BoE) telah memperkirakan bahwa lockdown selama tiga bulan dapat menyebabkan penurunan 14 persen tahun ini, atau resesi terdalam sejak awal abad ke-18.
Baca Juga
Namun, BoE dan Office for Budget Responsibility juga meramalkan pemulihan yang relatif cepat pada 2021, sebuah skenario yang menurut banyak ekonom terlalu optimis.
Pemerintah merilis angka yang menunjukkan biaya dukungan pemerintah sudah mendekati 40 miliar poundsterling (US$49 miliar), diantaranya untuk menopang sekitar 10 juta pekerjaan. Bahkan dengan bantuan itu, klaim untuk tunjangan pengangguran melonjak pada April 2020.
"Meskipun kami telah melakukan tindakan mitigasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, saya tentu tidak akan dapat melindungi setiap pekerjaan dan setiap bisnis," kata Sunak kepada komite.
Dia menolak untuk berspekulasi tentang kemungkinan defisit anggaran tahun ini dan menambahkan bahwa sulit untuk memprediksi seberapa besar pukulan pada pendapatan pajak.
Sunak juga mengatakan tidak ada keputusan tegas yang diambil pada tingkat utang yang dia akui akan meningkat. Komentarnya datang di tengah tekanan yang meningkat pada pemerintah untuk mengatasi kerusakan fiskal yang disebabkan oleh krisis dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daripada kembali ke era penghematan.