Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan produsen obat di China, yang menjadi kandidat kuat penemu vaksin virus corona, sedang dalam uji coba tahap akhir dan siap melakukan pengujian secara global.
Dikutip dari Bloomberg, Sinovac Biotech ltd. yang berbasis di Beijing sedang berdiskusi dengan para regulator di negara-negara lain, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), untuk meluncurkan uji klinis fase III di daerah-daerah dimana corona masih menyebar dengan cepat, CEO Yin Weidong mengatakan dalam sebuah wawancara.
"Untuk mengevaluasi apakah vaksin dapat memberi perlindungan, kita perlu mempelajari hubungan antara insiden penyakit dan vaksinasi," kata Yin.
Karena wilayah Cina sebagian besar telah berhasil menghentikan pertumbuhan infeksi baru, pembuat obat perlu mencari kerja sama internasional untuk menguji kandidat vaksin mereka di negara lain.
Namun, tugas mulia itu mungkin diperumit oleh ketegangan antara Cina dan beberapa negara, terutama AS, tentang bagaimana dan dari mana virus itu berasal.
Sinovac adalah salah satu dari tiga perusahaan Cina di garis depan dalam upaya untuk menghentikan pandemi yang menjangkiti lebih dari 3,8 juta orang di seluruh dunia dan menewaskan hampir 270.000 pasien.
Baca Juga
Sementara ada lebih dari 100 vaksin dalam pengembangan secara global, hanya sekitar 10 yang telah mencapai tahap akhir yang penting dari pengujian manusia.
Vaksin yang berfungsi adalah harapan terbaik bagi negara-negara untuk membuka kembali ekonomi mereka yang menderita dan melanjutkan kehidupan normal tanpa lonjakan kasus. Namun, vaksin biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang dan masih belum ada untuk banyak penyakit, seperti HIV.
Yin mengisyaratkan bahwa AS adalah lokasi yang ideal untuk melakukan uji coba vaksin. "AS memiliki industri bioteknologi paling maju, kerangka kerja regulasi paling canggih, dan epidemiknya sekarang adalah yang terburuk," katanya.
Obat-Obatan dan Vaksin yang Mungkin Mengakhiri Pandemi Corona
Pembuat obat Amerika seperti Moderna Inc. juga memiliki kandidat vaksin dalam uji coba pada manusia, seperti halnya para peneliti dari Oxford University. Johnson & Johnson kemungkinan akan memulai uji coba manusia pada bulan September.
Selain Sinovac, para ilmuwan Cina memiliki tiga lainnya dalam uji coba manusia: satu dari militer Tiongkok bekerja sama dengan CanSino Biologics Inc. yang berbasis di Tianjin, dan dua dari China National Biotec Group Co.
Upaya CanSino juga memiliki rencana untuk go global: perusahaan mengajukan aplikasi bulan lalu untuk melakukan uji klinis untuk vaksinnya di Kanada.
Tantangan Fase III
Sebagian besar upaya utama sekarang berada di tengah fase I dan II uji klinis, di mana vaksin eksperimental diberikan kepada ratusan orang sehat untuk melihat apakah mereka aman dan dapat memperoleh respons kekebalan.
Dalam fase III - melibatkan kelompok kontrol individu yang menerima plasebo atau tetap tidak divaksinasi - yang menunjukkan apakah mereka yang telah menerima vaksin dapat menghindari infeksi lebih banyak daripada mereka yang tidak.
ni mengharuskan kedua kelompok, yang divaksinasi dan yang mengendalikan, berada di lingkungan di mana virus masih menyebar.
"Tantangan sebenarnya terletak pada uji coba fase III," kata Ding Sheng, direktur di Global Health Drug Discovery Institute di Universitas Tsinghua. "Ini akan memberi tahu apakah respons kekebalan yang ditunjukkan dalam uji coba awal benar-benar efektif."
Sinovac sebelumnya mengembangkan vaksin untuk melawan SARS, pandemi 2003 yang disebabkan oleh sepupu dekat coronavirus. Perusahaan harus menghentikan pengembangan pada tahap I karena wabah itu, yang membuat 8.000 orang sakit, terkendali.
"Kami sudah menyiapkan vaksinnya," kata Yin. "Begitu negara menyetujui uji klinis, kami akan segera meluncurkannya."