Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah perusahaan penghasil daging babi terbesar di dunia menutup pabriknya di Amerika Serikat dengan tanpa batas waktu, setelah penyakit virus Corona (Covid-19) menyebar di antara para karyawannya.
Melalui penyataan pada Minggu (12/4/2020), Smithfield Foods Inc. mengatakan akan menghentikan fasilitas pengolahan daging babi di Sioux Falls, South Dakota, yang menyumbang sekitar 4 persen hingga 5 persen dari produksi AS.
Langkah tersebut dilakukan setelah pejabat setempat melaporkan lebih dari 200 kasus Covid-19 untuk para karyawan pabrik. Kondisi ini menambah lonjakan kasus infeksi yang membuat ratusan pekerja daging di Amerika jatuh sakit. Pabrik-pabrik pun terpaksa menutup atau mengurangi produksi.
“Penutupan fasilitas ini, bersama dengan bertambahnya daftar pabrik daging lain yang telah menutup industri kita, mendorong negara kita [AS] ke dalam situasi berbahaya terkait pasokan daging,” ungkap CEO Smithfield Ken Sullivan dalam pernyataannya.
“Tidak mungkin untuk menyimpan stok dalam toko-toko bahan makanan jika pabrik-pabrik kita tidak beroperasi,” tambahnya, seperti dilansir dari Bloomberg.
Perusahaan yang dimiliki oleh WH Group ini terkenal sebagai penghasil daging babi terbesar di dunia, dengan berbagai merek ternama seperti Smithfield, Eckrich, Nathan's Famous, Farmland, Armour, dan Farmer John, seperti dikutip dari website resmi perusahaan.
Baca Juga
Smithfield awalnya berencana untuk menutup pabriknya di South Dakota selama tiga hari. Namun, Gubernur South Dakota, Kristi Noem, meminta penutupan diperpanjang hingga setidaknya 14 hari. Dalam sebuah surat, Noem mengatakan bahwa perusahan perlu "melakukan lebih banyak" upaya.
Sebanyak 3.700 karyawan pabrik Smithfield disebut akan menerima pembayaran setidaknya selama dua pekan selama penutupan. Perusahaan mengatakan akan membuka kembali pabriknya setelah menerima arahan lebih lanjut dari otoritas lokal, negara bagian dan federal.
“Sayangnya, kasus Covid-19 sekarang ada di mana-mana di seluruh negara kita. Virus ini menyerang segala komunitas. Sektor pertanian dan makanan belum kebal,” tutur Sullivan.
"Kami terus menjalankan fasilitas-fasilitas kami karena satu alasan, untuk mempertahankan pasokan makanan negara kita selama pandemi ini.”
Meski tidak jelas apakah kasus infeksi pada karyawan pabrik-pabrik daging ada kaitannya dengan tempat kerja mereka, kabar tersebut mengekspos kerentanan rantai pasokan global yang diperlukan untuk menjaga persediaan setelah aksi panic buying membuat stok-stok kosong.
Pabrik-pabrik yang ditutup dan pekerja-pekerja yang jatuh sakit menambah problem dari virus Corona terhadap kosongnya persediaan, selain pergerakan transportasi yang mandek dan lalu lintas pelabuhan yang kusut.
Peningkatan jumlah kasus juga telah meningkatkan kekhawatiran seputar keselamatan pekerja. Korban jiwa akibat corona telah dilaporkan untuk karyawan-karyawan di fasilitas daging yang dimiliki oleh JBS SA dan Tyson Foods Inc.
Dalam beberapa kasus, buruh-buruh melakukan aksi mogok untuk memprotes kondisi kerja. Di pabrik-pabrik daging, stasiun di jalur pengolahan bisa memiliki jarak yang berdekatan sehingga menciptakan tantangan untuk melakukan social distancing. Sementara itu, para pekerja juga harus berbagi ruang istirahat dan loker.