Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Manufaktur Pulih, Perdagangan China Tetap Tertekan

Ekspor maupun impor China diperkirakan merosot 10 persen atau lebih pada Maret 2020.
Pekerja berada di depan peti kemas yang ditumpuk di Pelabuhan Yangshan Deepwater, Shanghai, China, Senin (23/3/2020). Bloomberg/Qilai Shenn
Pekerja berada di depan peti kemas yang ditumpuk di Pelabuhan Yangshan Deepwater, Shanghai, China, Senin (23/3/2020). Bloomberg/Qilai Shenn

Bisnis.com, JAKARTA - Kontraksi pada perdagangan luar negeri China akan berlanjut hingga kuartal kedua tahun ini, dipicu oleh permintaan global tetap tertekan oleh langkah-langkah pencegahan penyebaran virus corona.

Baik ekspor maupun impor diperkirakan merosot 10 persen atau lebih pada Maret 2020. Data yang akan dirilis Selasa esok (14/4/2020) diperkirakan akan menunjukkan kelanjutan dari penurunan yang terlihat dalam dua bulan pertama tahun ini.

Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO mengatakan bahwa 2020 bisa jadi merupakan pukulan terbesar bagi perdagangan internasional sejak depresi hebat atau great depression pada 1930-an.

Pengiriman China meningkat pada 2019 karena perang dagang dengan AS dan melambatnya pertumbuhan global. Wabah virus corona kemudian menyebabkan kinerja ekspor terlemah awal tahun sejak 2012 dengan penurunan sebesar 17,2 persen dari tahun sebelumnya dalam dua bulan pertama.

Sementara itu, mitra dagang seperti AS berpotensi menghadapi shutdown berbulan-bulan sebelum konsumsi dan manufaktur dapat kembali normal.

"Jika pasar ekspor utama China termasuk Uni Eropa dan AS menderita pada kuartal kedua karena pandemi, sangat mungkin ekspor China akan terpukul keras selama periode itu," kata Betty Wang, ekonom senior di Australia & New Zealand Banking Group di Hong Kong, dilansir Bloomberg, Senin (13/4/2020).

Menurutnya, tidak akan mengejutkan melihat ekspor China turun dua kali lipat dalam dua digit pada kuartal kedua, meski peningkatan pengiriman obat-obatan sedikit mengimbangi kerugian.

Sementara itu, ekonom UBS Ning Zhang memperkirakan ekspor menurun sebesar 20 persen antara April dan Juni 2020, dengan potensi resesi di AS, Eropa, Jepang, dan beberapa negara berkembang.

Larry Hu dari Macquarie Group Ltd. mengatakan pertumbuhan ekspor dapat turun lebih jauh pada kuartal kedua dan penurunan 13 persen sepanjang 2020.

Sedangkan skenario optimistis WTO minggu lalu menyatakan penurunan 13 persen pada volume perdagangan barang internasional pada 2020. Penurunan seperti itu terjadi pada 2009, ketika volume perdagangan turun 12 persen selama krisis keuangan. Sementara itu, skenario pesimistis WTO yakni volume perdagangan barang global turun sebanyak 32 persen tahun ini. Jika kasus pesimistis itu terjadi, ekspor China bisa turun lebih dari 13 persen.

Pukulan terhadap perdagangan China pada Februari karena langkah-langkah domestik untuk mengekang wabah. Ironisnya, perusahaan kini kembali bekerja dan mendekati kapasitas penuh tepat ketika pasar luar negeri mereka tutup.

Menurut Kementerian Perdagangan, mayoritas eksportir China telah kembali ke kapasitas produksi 70 persen. Namun, pabrik-pabrik masih menghadapi pembatalan pesanan.

Pembuat kebijakan di seluruh dunia telah bergegas menghadirkan stimulus untuk membantu ekonomi selama penghentian dan pemberlakuan jarak sosial yang diperlukan untuk menghentikan penyebaran virus. Sayangnya, belum ada tanda-tanda puncak infeksi mereda.

Di China, Dewan Negara telah memerintahkan lebih banyak langkah untuk menstabilkan perdagangan termasuk membangun lebih banyak zona e-commerce lintas batas dan menggerakkan pasar perdagangan online.

Namun, dengan dunia menghadapi resesi terburuk sejak 1930-an tahun ini dan setengah dari negara-negara anggota Dana Moneter Internasional sudah mencari bantuan, hanya ada sedikit prospek situasi perdagangan segera membaik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper