Bisnis.com, JAKARTA – Angka kematian akibat penyakit virus corona (Covid-19) di Amerika Serikat terus merangkak naik menuju 15.000. Akankah pengalaman pahit peristiwa “Pearl Harbor” atau “9/11” terulang?
Dikutip dari worldometers.com, total jumlah kasus terinfeksi virus corona di Negeri Paman Sam mencapai 435.160 kasus hingga Kamis (9/4/2020) sore WIB. Sebanyak 14.797 orang di antaranya telah meninggal dunia, sementara 22.891 orang dinyatakan berhasil sembuh.
Tak hanya mencatat jumlah kasus terbanyak di antara negara-negara lain di dunia, AS juga membuat 'prestasi' dengan menyalip posisi Spanyol sebagai negara nomor dua dengan jumlah korban jiwa terbesar setelah Italia.
Meski jumlah pasien yang dinyatakan sembuh masih jauh lebih besar, negara adi daya ini telah bersiap untuk menghadapi yang terburuk. Pada Rabu (8/4/2020), AS bahkan memperbarui catatan rekor angka kematian akibat Covid-19.
Banyak keluarga berduka karena kehilangan orang-orang terkasihnya yang seringkali meninggal sendirian di rumah sakit. Jumlah kematian yang sebenarnya bisa lebih tinggi dari yang kita tahu.
“Beberapa kematian karena Covid-19 mungkin salah diklasifikasikan sebagai kematian akibat pneumonia karena tidak adanya hasil tes positif," ungkap Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS, dilansir dari CNN.
Baca Juga
Para peneliti mengatakan puncaknya belum akan tiba. Amerika akan mencapai jumlah kematian harian tertinggi pada atau sekitar hari Minggu (12/4/2020), menurut pemodelan yang dilakukan oleh Institute for Health Metrics and Evaluation di University of Washington di Seattle.
Proyeksi ini juga menunjukkan bahwa AS akan mencapai puncak penggunaan sumber dayanya, seperti tempat tidur rumah sakit dan ventilator, pada atau sekitar hari Sabtu (11/4/2020).
Sebelumnya, Kepala Korps Pelayanan Kesehatan AS Jerome Adams mengatakan bahwa pekan ini akan menjadi saat-saat yang "paling sulit dan paling menyedihkan" bagi kebanyakan orang di AS.
Dia sampai membandingkan periode suram pandemi virus corona yang akan datang di AS dengan suramnya peristiwa pengeboman Pearl Harbor dan serangan 11 September (9/11).
Tak kurang dari 2.000 warga Amerika diketahui tewas dalam peristiwa pengeboman Pearl Harbor pada 7 Desember 1941. Sementara itu, serangan 11 September 2001, ketika empat pesawat jet penumpang yang dibajak menabrak beberapa target di New York City dan Washington D.C., membunuh hampir 3.000 orang dan melukai ribuan lainnya.
“Ini akan menjadi 'momen Pearl Harbor' kita, 'momen 9/11' kita, hanya saja lingkupnya tidak lokal, ini akan terjadi di seluruh negeri dan saya ingin Amerika memahami hal itu,” tutur Laksamana Madya Jerome Adams kepada " Fox News Sunday”, seperti dikutip dari CNN.
Pekan lalu, sejumlah pejabat pemerintah AS telah memperingatkan bahwa dua pekan berikutnya akan menjadi waktu yang sangat penting dalam perjuangan untuk menghentikan penyebaran virus corona.
Dalam suatu briefing gugus tugas virus corona pada Sabtu (4/4/2020) di Gedung Putih, Presiden Donald Trump mengatakan bahwa pekan itu dan selanjutnya mungkin akan menjadi yang terberat dalam perang melawan corona dan bahwa "akan ada banyak kematian".
Meski menggambarkan periode suram yang akan datang di AS, Adams tetap menyuarakan harapannya bahwa kondisi itu akan berakhir.
“Saya ingin masyarakat Amerika memahami bahwa seberat bagaimanapun pekan ini, segala sesuatu akan membaik,” ucap Adams.