Bisnis.com, JAKARTA - CanSino Biologics Inc. menyatakan pihaknya menerima persetujuan dari pemerintah China untuk memulai uji coba vaksin virus Corona pada manusia. Terobosan ini akan menjadi jawaban atas kematian global yang meningkat dan langkah banyak negara memberlakukan larangan masuk bagi warga negaranya.
Dilansir Bloomberg, Rabu (18/3/2020) menurut keterangan resmi, vaksin yang dikembangkan bersama perusahaan terdaftar di Hong Kong dan Akademi Ilmu Kedokteran Militer China itu, akan menjalani uji klinis di Wuhan.
Menurut data dari Chinese Clinical Trial Registry, uji coba CanSino melibatkan penyuntikan vaksin eksperimental kepada 108 orang dewasa yang sehat, berusia 18 hingga 60 tahun, dalam tiga dosis berbeda.
Tes akan dimulai bulan ini dan berlanjut hingga akhir tahun. Vaksin itu telah diuji pada hewan dan terbukti aman dan mampu menimbulkan kekebalan terhadap virus, kata CanSino dalam pernyataannya.
Sementara itu, pemerintahan Presiden AS Donald Trump menekan pembuat obat-obatan Amerika untuk mengembangkan vaksin. Perusahaan farmasi Moderna Inc. yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, menerima persetujuan pemerintah untuk bergerak cepat ke percobaan manusia minggu lalu dan melewatkan tahap percobaan pada hewan.
"Anda berencana memberikannya kepada orang sehat yang mungkin tidak pernah terpapar penyakit menular yang Anda coba lindungi. Ada sedikit risiko untuk persoalan keamanan," kata Rajeev Venkayya, presiden unit vaksin global di Takeda Pharmaceutical Co Jepang.
Baca Juga
Ketika wabah menyebar di seluruh dunia, lebih dari 100 uji klinis diluncurkan di China untuk mempelajari efektivitasnya, mulai dari obat antiflu dan plasma yang mengandung antibodi dari pasien yang pulih, hingga obat herbal tradisional. Sejumlah kecil uji coba telah diumumkan di negara-negara termasuk AS, Korea Selatan dan Thailand.
Dalam keadaan normal, sebuah vaksin bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk mencapai uji klinis manusia. Para ilmuwan akan lebih dulu melakukan pengujian kepada hewan sebelum regulator obat menentukan keamanannya untuk manusia.
GlaxoSmithKline Plc mengatakan bulan lalu bekerja dengan Clover Biopharmaceuticals yang berbasis di China pada vaksin eksperimental. Otoritas Penelitian dan Pengembangan Biomedis Lanjutan pemerintah AS juga bekerja sama dengan Sanofi dan Johnson & Johnson untuk mengembangkan vaksin potensial.
Shanghai Fosun Pharmaceutical Group Co juga melisensikan vaksin yang sekarang sedang dikembangkan pada tahap pra-klinis oleh Mainz, BioNTech SE yang berbasis di Jerman.
Terlepas dari proses uji coba manusia yang cepat, vaksin baru akan tersedia setidaknya enam bulan ke depan, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.
Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS, mengatakan akan membutuhkan waktu sekitar satu setengah tahun untuk menyelesaikan uji coba, meningkatkan produksi dan membuat vaksin tersedia secara luas.