Bisnis.com, JAKARTA--Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengaku tidak keberatan dengan keputusan pemerintah Filipina yang mengakhiri perjanjian militer dengan negaranya.
"Saya benar-benar tidak keberatan, jika mereka ingin melakukan itu, tak masalah," kata Trump dikutip dari Bloomberg, Kamis (13/2/2020).
Trump menambahkan bahwa dia memiliki hubungan yang baik dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan mengatakan AS telah membantu negara Asia Tenggara itu memerangi teroris ISIS selama dekade terakhir.
“Kami akan menghemat banyak uang. Anda tahu pandangan saya berbeda dari orang lain. Saya melihatnya sebagai, 'Terima kasih banyak, kami akan menghemat banyak uang'," ujar Trump.
Sebelumnya, Presiden Duterte secara resmi mengakhiri Perjanjian Kunjungan Angkatan Bersenjata (VFA) yang telah berusia dua dekade dengan AS. Pemberlakuan putusan itu efektif setelah 180 hari kecuali jika kedua belah pihak setuju untuk mempertahankannya.
Adapun, Perjanjian Visiting Forces 1988 itu memungkinkan pesawat dan kapal militer AS masuk secara bebas ke Filipina dan melonggarkan kebijakan visa dan paspor.
Baca Juga
Keputusan untuk mengakhiri perjanjian militer dipandang sebagai poros oleh pemerintah Duterte terhadap China dan dapat mempersulit upaya AS untuk melawan pengaruh Beijing di Laut China Selatan. Presiden Flipina itu sering mengkritik kebijakan keamanan AS dan sebaliknya memuji kebijakan China dan Rusia meskipun ada hubungan dekat yang erat antara militer Filipina dengan mitranya di Amerika Serikat.
Duterte, yang berselisih dengan AS karena beberapa masalah, memutuskan untuk membawa Filipina menjadi lebih independen dalam hubungannya dengan negara-negara lain, kata juru bicaranya, Salvador Panelo seperti dikutip Aljazeera.com.
"Presiden tidak akan menerima inisiatif yang datang dari pemerintah AS untuk menyelamatkan VFA, dia juga tidak akan menerima undangan resmi untuk mengunjungi Amerika Serikat," kata Panelo.