Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Pangkas Subsidi Pertanian

Trump akan menurunkan pendapatan maksimum bagi petani yang memenuhi syarat untuk subsidi komoditas dan konservasi menjadi US$500.000 per tahun dari batas US$900.000 saat ini.
Presiden AS Donald Trump berbicara dalam acara penandatanganan UU Otoritas Pertahanan Nasional untuk Tahun Fiskal 2020 di Pangkalan Militer Gabungan (Joint Base) Andrews, Maryland, AS, Jumat (20/12/2019)./Reuters-Leah Millis
Presiden AS Donald Trump berbicara dalam acara penandatanganan UU Otoritas Pertahanan Nasional untuk Tahun Fiskal 2020 di Pangkalan Militer Gabungan (Joint Base) Andrews, Maryland, AS, Jumat (20/12/2019)./Reuters-Leah Millis

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah merogoh anggaran US$28 miliar untuk bantuan perdagangan bagi petani selama dua tahun terakhir, Presiden AS Donald Trump berencana memangkas program subsidi pertanian tahun ini.

Dikutip dari Bloomberg, Selasa (11/2/2020), Trump mengusulkan pemangkasan sebesar US$36 miliar selama dekade berikutnya untuk pendanaan federal pada program asuransi tanaman, konservasi dan komoditas.

Anggaran ini akan mengurangi dana diskresioner Departemen Pertanian AS sebesar 8 persen pada tahun fiskal 2021. Program-program seperti Supplemental Nutrition Assistance Program (SNAP) atau dikenal degan istilah food stamp juga berkurang US$240 miliar selama dekade berikutnya.

Anggaran ini juga mencerminkan janji Trump untuk menutup keran petani kaya menerima subsidi. Trump akan menurunkan pendapatan maksimum bagi petani yang memenuhi syarat untuk subsidi komoditas dan konservasi menjadi US$500.000 per tahun dari batas US$900.000 saat ini.

Dia juga akan memperpanjang batas pendapatan untuk asuransi tanaman bersubsidi, program bantuan pertanian utama.

Jonathan Coppess, yang mengepalai badan federal yang mengelola subsidi pertanian selama pemerintahan Obama dan sekarang menjadi profesor Universitas Illinois, menyebut proposal anggaran ini tidak koheren.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper