Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump akhirnya mengumumkan upaya terakhir diplomasinya yang disebut dengan “peta jalan damai” Israel-Palestina menjelang akhir Januari 2020.
Inisiatif Trump itu telah lama ditunggu-tunggu kedua pihak selain oleh dunia internasional dan kelompok kepentingan lainnya, terutama di kawasan Timur Tengah. Kompleksitas atas hubungn Israel-Palestina yang bersengketa sudah seperti lingkaran setan yang sulit untuk diputus.
Maklum, isu Israel-Palestina telah menjelma seolah-olah menjadi isu sepanjang zaman yang tidak ada matinya. Isunya tidak saja menyangkut urusan dunia dan sejarah masa lalu, tetapi juga urusan non-duniawi yang melibatkan kitab suci.
Akan tetapi, apa yang diumumkan Trump tersebut bukannya menyelesaikan persoalan yang sangat pelik dan memakan korban jutaan orang. Apalagi, pengumuman di Gedung Putih itu hanya dihadiri oleh Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu selain sejumlah pejabat AS dan Israel.
Tentu tidak ketinggalan menantu Trump yang berdarah Yahudi, Jared Kushner. Dia adalah salah seorang penggagas proposal tersebut yang juga turut menghadiri pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem yang memicu kontroversi internasional.
Sedangkan Presiden Palestina Mahmoud Abbas tidak hadir saat pengumumakn itu disampaikan. Tentu apa yang dilakukan Abbas adalah sebagai bentuk sikap mewakili pemerintah dan rakyatnya. Dia mengambil sikap tegas atas peta yang dirancang Trump itu.
Artinya, peta itu telah menjadi keputusan sepihak kalau tidak mau disebut keputusan kolusi bersama Amerika Serikat-Israel.