Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah kematian akibat virus corona baru di China melonjak melewati angka 900 di daratan China hingga hari ini, Senin (10/2/2020), setelah Provinsi Hubei yang paling parah terdampak melaporkan 91 kematian baru.
Dalam laporan hariannya, Komisi Kesehatan Hubei mengonfirmasi 2.618 kasus baru virus corona di provinsi tersebut sejak wabah itu muncul pada Desember tahun lalu.
Sekarang terdapat lebih dari 39.800 kasus yang dikonfirmasi di seluruh China berdasarkan angka yang dirilis pemerintah seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Senin (10/2/2020).
Virus corona baru diyakini muncul tahun 2019 di pasar yang menjual binatang liar di Ibu Kota Hubei, Wuhan.
Epidemi itu telah mendorong pemerintah mengunci seluruh kota ketika kemarahan meningkat atas penanganan krisis, terutama setelah seorang dokter yang mengemukaan kasus pertama menjadi korban virus tersebut.
Dokter berusia 34 tahun bernama Li Wenliang, meninggal pada Jumat (7/2/2020) pekan lalu setelah tertular virus dari seorang pasien. Selama berjam-jam sebelumnya, kondisi dokter bernama Li Wenliang itu tidak dapat dipastikan setelah laporan tentang kematiannya di media sosial China sempat dihapus dan diganti dengan status sedang dirawat.
Baca Juga
"Pemerintah setempat meminta orang-orang untuk tinggal di rumah selama mungkin, tetapi tidak ada cukup barang di toko setiap kali kami sampai di sana, jadi kami harus sering keluar," ujar seorang wanita di Wuhan yang bermarga Wei.
Dokter Li Wenliang/Istimewa
Michael Ryan, Kepala Program Keadaan Darurat Kesehatan WHO, mengatakan "periode membaik" wabah "menggambarkan dampak dari langkah-langkah pengendalian".
"Para pakar internasional WHO berangkat Minggu (9/2/2020) malam ke China, ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. Misi itu dipimpin oleh Bruce Aylward, seorang veteran ahli keadaan darurat kesehatan.
Meski angka kematian telah meningkat terus, kasus-kasus baru telah menurun sejak puncaknya pada Rabu (5/2/2020) ketika hampir 3.900 orang terpapar wabah itu di seluruh negeri.
Bank sentral China mengatakan mulai Senin (10/2/2020) akan menyediakan 300 miliar yuan (US$43 miliar) dalam bentuk pinjaman khusus kepada bank untuk membantu bisnis yang terlibat dalam memerangi epidemi.
China mendapat kecaman internasional karena menutupi kasus selama wabah SARS, sedangkan WHO memuji tindakan yang telah diambil saat ini. Namun, kemarahan memuncak setelah kematian seorang dokter di Wuhan dan sikap polisi yang tutup mulut ketika dokter itu memberitahu virus yang muncul pada Desember.