Bisnis.com, JAKARTA—Tim Sembilan yang selama ini menjadi penggerak dukungan terhadap kubu calon ketua umum Partai Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet) menjelang musyawarah nasional menyatakan kecewa dengan susunan pengurus partai periode 2019-2024 karena mengingkari rekonsiliasi yang disepakati bersama kubu Airlangga Hartarto.
Juru Bicara Tim Sembilan, Viktus Murin mengatakan bahwa Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto telah melakukan dusta politik dengan hanya mengakomidir empat kader dari kubu Bamsoet.
Padahal, ujarnya, dalam pertemuan dengan tokoh senior Partai Golkar Luhut Binsar Pandjaitan dan Aburizal Bakrie disepakati Airlangga akan mengakomodir sebanyak-banyaknya kubu Bamsoet menjelang Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar pada 3-6 Desember 2019.
“Kami melawan dusta politik rezim Airlangga Hartarto untuk menyelamatkan keutuhan Partai Golkar karena susunan pengurus tidak mencerminkan rekonsiliasi menjelang Munas,” ujarnya didampingi Koordinator Tim Sembilan, Cyrillus Kerong dalam satu acara konferensi pers, Jumat (17/1).
Dia menilai susunan pengurus harian Golkar tersebut telah mencemarkan nama tokoh senor Aburizal Bakrie dan Luhut Pandjaitan yang hadir saat rekonsiliasi. Viktus menilai Bamsoet sengaja mundur sebagai calon ketua umum Golkar saat mendekati Munas sehingga berujung pada rekonsilasi demi menjaga keutuhan partai.
Bamsoet sendiri yang menjabat sebagai Ketua MPR RI menempati posisi salah satu dari 11 wakil ketua umum dan berada di urutan ke-11.
Sejumlah nama yang masuk dalam jajaran wakil ketua umum termasuk Azis Syamsudin, Adies Kadir, Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Ahmad Dolly Kurnia. Sedangkan empat nama kubu Bamsoet yang diakomodir di kepengurusan harian Partai Golkar adalah Nusron Wahid, Robert Kardinal, Junaidi Elvis, dan Mokhamad Misbakhun.
Sementara itu, Cirylus Kerong menilai banyak keganjilan dana dalam susunan pengurus harian Golkar tersebut.
Selain ada figur yang telah keluar dan loncat ke partai lain, kepengurusan juga diisi oleh sejumlah nama yang terkait dengan ketua umum. Dia mencontohkan Wakil Sekjen Golkar, Hamzah Sangaji yang pernah menjadi calon anggota legislatif dari Partai Perindo.
Selain itu terdapat nama Ravindra Airlangga yang merupakan anak kandung Airlangga Hartarto yang belum memenuhi syarat untuk menjadi pengurus harian.
“Jadi terdapat oknum tak penuhi syarat prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela (PDRT) yang masuk ke susunan pengurus,” kata Kerong.