Kabar24.com, JAKARTA — Menteri Luar Negeri Retno L. P. Marsudi menyatakan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mulai mengaktifkan pusat krisis untuk mengantisipasi memanasnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran.
Pasalnya, dia mencatat jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Iran mencapai 400 orang, sedangkan WNI yang tinggal di Irak berjumlah 800 orang. Tetapi, angka tersebut berpeluang meningkat karena dia meyakini masih banyak WNI yang tidak melaporkan kedatangannya ke kedutaan setempat.
“Kita persiapkan lebih matang adalah dampaknya terhadap WNI. Kita terus melakukan komunikasi dengan para kepala perwakilan kita di negara-negara, baik di Iran, Irak maupun kemungkinan di negara-negara yang akan terdampak kalau eskalasi terus berlanjut,” katanya di Istana Kepresidenan, Kamis (9/1/2020).
Dia pun menyebut pihaknya sudah menyelesaikan rencana kontingensi hingga rencana cadangan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, jika eskalasi politik meningkat di kedua negara itu.
“Komunikasi kita dengan WNI kita intensifkan dan kita terakhir juga melakukan kesekian kalinya rakor [rapat koordinasi] dengan k/l [kementerian/lembaga] karena jika evakuasi besar-besaran memang harus dilakukan seperti yang pernah kita lakukan di Yaman, maka mau tidak mau kita harus bergerak bersama,” urainya.
Adapun, situasi di Timur Tengah semakin memanas menyusul serangan Amerika Serikat (AS) yang menewaskan Komandan Pasukan Quds Iran Jenderal Qasem Soleimani dan Komandan Milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada Jumat (3/1/2020). Sebagai balasan, pada Rabu pagi (8/1/2020), Iran dilaporkan menembakkan puluhan roket ke pangkalan udara gabungan AS-Irak.