Bisnis.com, JAKARTA - Setelah jeda selama sebulan, Korea Utara (Korut) kembali melakukan uji coba rudal jarak pendek yang dinilai militer Korea Selatan sebagai uji coba rudal terbarunya.
Uji coba itu dilakukan ketika batas waktu semakin mendekati batas akhir tahun setelah Pyongyang memberikan waktu kepada AS untuk menunjukkan fleksibilitas dalam pembicaraan denuklirisasi mereka yang macet.
Uji coba tersebut juga bertepatan dengan perayaan Thanksgiving Day yang berlangsung sehari sebelum ulang tahun kedua uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mampu menghantam daratan AS.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) menyatakan Korea Utara menembakkan dua proyektil ke laut dari peluncur di kota pantai timur Yonpo sekitar pukul 5 sore. (0800 GMT).
Proyektil itu menempuh jarak hingga 380 km (236 mil) dan mencapai ketinggian 97 km (60 mil), menurut JCS.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan peluncuran itu bukan hanya ancaman bagi Jepang, tetapi juga wilayah dan sekitarnya. Akan tetapi kementerian pertahanannya mengatakan peluru kendali itu tidak memasuki wilayah udara Jepang atau Zona Ekonomi Eksklusif.
Baca Juga
Orang-orang menonton rekaman file siaran TV untuk laporan berita tentang Korea Utara yang menembakkan proyektil yang tidak dikenal, di Seoul, Korea Selatan, 28 November 2019. /Reuters
"Kami akan tetap berhubungan dekat dengan Amerika Serikat, Korea Selatan dan komunitas internasional untuk memantau situasi," kata Abe kepada wartawan.
Peluncuran itu merupakan yang pertama sejak 31 Oktober, ketika Korea Utara menguji apa yang disebutnya peluncur roket ganda super besar. Senjata itu juga telah digunakan dalam tes yang dilakukan pada Agustus dan September dibawah pengawasan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Militer Korea Selatan menyatakan "sangat menyesalkan" uji coba senjata itu dan mendesak Korut untuk berhenti menyalakan ketegangan militer.
"Tindakan Korea Utara tidak membantu upaya meredakan ketegangan di semenanjung Korea," ujar Jeon Dong-jin, Direktur Operasi di JCS.
Korea Utara telah menuntut pencabutan sanksi ekonomi dan Kim menetapkan batas waktu bagi Washington untuk menunjukkan lebih banyak fleksibilitas. Hal itu meningkatkan kekhawatiran bahwa dia akan melanjutkan uji coba nuklir dan rudal jarak jauh yang ditunda sejak 2017.