Bisnis.com, JAKARTA - Para pengunjuk rasa Irak kemarin membakar konsulat Iran di kota Najaf dan jumlah korban tewas akibat aksi protes terus meningkat hingga mencapai 350 orang.
Akan tetapi tidak ada korban dari pihak diplomat Iran ketika para demonstran anti-pemerintah menyerbu dan membakar konsulat itu.
Pembakaran itu merupakan ekspresi paling keras dari sentimen anti-Iran oleh demonstran Irak, yang telah turun ke jalan selama berminggu-minggu di Ibu Kota Baghdad.
Ratusan pengunjuk rasa ditembak oleh aparat keamanan yang sebagian menggunakan peluru tajam. Otoritas setempat memberlakukan jam malam setelah insiden itu, menurut media pemerintah.
Mohammed Jamjoom dari al Jazeera, melaporkan dari Ibu Kota Baghdad: "Apa yang kami ketahui oleh para saksi mata adalah bahwa para pengunjuk rasa mengepung konsulat Iran di Najaf dan mereka kemudian membakar gedung itu termasuk pagar mengelilingi bangunan itu. Tapi kami masih menunggu detail lebih lanjut tentang itu."
Seorang pengunjuk rasa dilaporkan tewas dan sedikitnya 35 orang terluka ketika polisi menembakkan peluru tajam untuk mencegah mereka memasuki gedung, kata seorang pejabat polisi seperti dikutip Aljazeera.com, Kamis (28/11/2019).
Demonstran mengambil bendera Iran dari gedung dan menggantinya dengan bendera Irak. Sementara itu, para staf konsulat Iran melarikan diri dari gedung dari pintu belakang tanpa terluka.
Insiden itu menandai peningkatan demonstrasi yang mengamuk di Baghdad dan sebagian besar warga Irak selatan Syiah sejak 1 Oktober. Setidaknya 350 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka dalam apa yang telah menjadi gerakan protes akar rumput terbesar dalam sejarah modern Irak.
Para pengunjuk rasa menuduh pemerintah sangat korup dan mengeluh tentang layanan publik yang buruk dan pengangguran yang tinggi.
Mereka juga mengecam pertumbuhan pengaruh Iran dalam urusan Irak. Partai-partai politik dan paramiliter yang didukung Iran mendominasi lembaga-lembaga negara dan Parlemen.