Bisnis.com, JAKARTA - Penjarahan dan dan aksi blokade jalan terjadi di Bolivia kemarin setelah pengunduran diri Presiden Evo Morales akibat sengketa pemilu. Sementara itu, ribuan pedukung Morales berbaris menuju gedung legislatif negara itu menantang pihak oposisi.
Sumber kepolisian dan legislatif mengatakan kerumunan itu berbaris dari kota terdekat El Alto. Mereka tidak bisa dihalangi oleh pengunjuk rasa anti-Morales yang membuat penghalang jalan yang terbuat dari potongan logam dan puing-puing lainnya di seluruh kota untuk menghentikan gerakan mereka.
Para petugas kepolisian yang berjaga di gedung legislatif bersiap menggunakan senjata dengan peluru tajam, kata seorang petugas, sementara empat lainnya mengatakan kepada Reuters bahwa mereka siap menghadapi konfrontasi serius.
Para anggota legislatif yang telah membahas transisi sementara di bawah penjagaan polisi, kemudian dievakuasi, kata seorang anggota parlemen seperti dikutip Reuters, Selasa (12/11/2019).
Orang-orang mendirikan barikade di dekat lapangan Murillo setelah Presiden Bolivia Evo Morales mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Minggu (10/11/2019) di La Paz./Reuters
Pengunduran diri Morales, presiden penduduk asli pertama Bolivia dan bagian dari gelombang kiri yang mendominasi politik Amerika Latin pada awal abad ini, mengalami berminggu-minggu protes keras tentang tuduhan penipuan pada pemilihan umum ulang pada 20 Oktober lalu.
Baca Juga
Mantan peternak berusia 60 tahun dan petani kakao itu dipandang oleh banyak orang sebagai tokoh kalangan miskin yang membawa pertumbuhan ekonomi yang stabil. Akan tetapi, bagi pihak lainnya dia dianggap pemimpin otokrat yang menentang referendum mengenai batasan masa jabatan presiden.
Pemerintahannya jatuh pada Minggu (10/11/2019) setelah Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) menyampaikan laporan yang memberatkan atas hasil pemilu yang dimenangkannya sehingga membuat pihak militer mendorongnya untuk mundur.