Bisnis.com, JAKARTA -- Deputi Direktur Pelaksana Pertama David Lipton mengatakan Dana Moneter Internasional memproyeksikan perlambatan global yang lebih signifikan daripada 3 bulan lalu.
Dia menambahkan sulit untuk melihat pemulihan ekonomi jika ketidakpastian perdagangan berlanjut.
Berbicara bersama Kanselir Jerman Angela Merkel dan kepala organisasi ekonomi internasional lainnya dalam sebuah pertemuan di Berlin, dia mengatakan bahwa IMF melihat ekonomi global mengalami perlambatan yang bertahap dan tersinkronisasi.
"Kecuali jika ketegangan perdagangan mereda, sangat sulit untuk melihat instrumen ekonomi makro utama melawan dampak meningkatnya kesulitan perdagangan, jadi sangat penting bahwa itu [ketidakpastian] harus dikurangi," kata Lipton, seperti dikutip melalui Bloomberg, Rabu (2/10/2019).
Pada Juli 2019, IMF untuk keempat kalinya sejak Oktober 2018 memangkas prospek pertumbuhan global 2019 menjadi 3,2% dengan mengutip adanya risiko ketidakpastian perdagangan yang meningkat.
"Data yang keluar sejak saat itu membuat kami melihat adanya beberapa potensi pelambatan lebih lanjut," kata Lipton, yang menjadi pemimpin sementara IMF setelah Christine Lagarde mundur pada Juli.
Kristalina Georgieva mengambil alih jabatan sebagai direktur pelaksana IMF pada Selasa (1/10/2019).
Lembaga peminjam ini sedang bersiap untuk merilis proyeksi berikutnya untuk ekonomi dunia pada pertemuan tahunan IMF di Washington bulan ini.
Menurut Lipton, pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral telah membantu memberikan dorongan ekonomi, dia juga mencatat bahwa akan ada lebih banyak stimulus fiskal yang mungkin diperlukan.
The Fed menurunkan suku bunga sebesar seperempat basis poin di bulan Juli dan kedua kalinya di bulan September ketika ekonomi melemah, sedangkan Bank Sentral Eropa memangkas suku bunga lebih jauh di bawah nol dan memulai pelonggaran kuantitatif bulan lalu.
"Penting bagi bank sentral untuk terus memberi dukungan dalam membendung perlambatan ekonomi global. Kesiapan kebijakan fiskal juga harus diperhatikan jika ada perlambatan lebih lanjut," kata Lipton.
Namun, para pembuat kebijakan di negara-negara ekonomi utama harus waspada terhadap bahaya dari periode panjang suku bunga rendah, tambah Lipton.
Jika berlanjut untuk waktu lama, suku bunga rendah akan memicu kerentanan stabilitas keuangan sehingga penting bagi para pembuat kebijakan untuk mencermati risiko ini dan memastikan ketidakstabilan tidak akan terjadi.
"Kita sudah lihat sendiri kerusakan yang dapat terjadi selama krisis keuangan global," ujarnya.