Bisnis.com, TANGERANG – Polisi menangkap seorang Laksamana (Purn) berinisial SS dalam kasus pembuatan bom molotov demonstrasi Mujahid 212 di Tangerang, Sabtu (28/9) dinihari. SS diketahui juga sebagai dosen dan pernah maju sebagai calon legislatif DPR RI.
Selain SS, ada 4 tersangka lain ditangkap polisi karena diduga berencana menciptakan chaos untuk mengacaukan demonstrasi Mujahid 212. Satu di antara empat tersangka itu adalah seorang dosen IPB berinisial AB.
SS dan sejumlah orang yang ditangkap berinisial AB, S alias L, YF, AU, dan OS ditangkap Tim Sensus 88 pada Sabtu, 28 September 2019.
Kasat Reskrim Polres Metropolitan Tangerang Ajun Komisaris Besar Dicky Ario Yustianto mengatakan penangkapan kelompok pembuat bom molotov untuk demo Mujahid 212 itu dilakukan oleh tim Jatanras Polda Metro Jaya dan Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri.
“Polres hanya backup, silakan keterangan dari Pak Argo, ujar Dicky saat dikonfirmasi, Senin (30/9/2019).
Seperti dilansir dari Tempo, disebutkan kelima orang itu ditangkap di jalan Maulana Hasanuddin Cipondoh, Tangerang. Sebelum ditangkap mereka berkumpul di rumah SS di Taman Royal. SS ditangkap polisi di jalan Permata Raya Poris Kelurahan Cipondoh, Kota Tangerang.
Tetangga SS di Taman Royal, Wahyudi, kaget sekaligus tidak percaya jika SS yang akrab dipanggil Pak Haji S itu diduga menginisiasi dan menggerakkan pembuatan bom molotov untuk demonstrasi Mujahid 212.
“Kaget banget, malam Sabtu kami masih berkaraoke. Pak Haji S juga ikutan nyanyi dengan warga sekitar rumah. Dia gaul dan kerap ceramah di masjid,” kata Wahyudi yang rumahnya berdekatan dengan SS.
Wahyudi juga tidak curiga bila SS kerap menerima tamu tak dikenal. “Sebagai tetangga, ya, tidak curiga karena Pak Haji S ini politisi, dia caleg DPR RI tapi gagal, anaknya juga nyaleg tapi juga tidak jadi Dewan.”
Perihal penangkapan SS, Wahyudi sudah tahu sejak Minggu pagi. “Sejak Subuh sudah ada informasi,” katanya.
Bahkan dia melihat dan sempat menegur melalui satpam saat melihat ada dua orang yang tidur-tiduran di dekat rumah SS. “Ya, ternyata polisi yang nyanggong, ada dua hari mungkin mengintai rumah Haji S,” kata Wahyudi.
Dia menambahkan SS tidak setiap hari menempati rumahnya, karena selain ada rumah di Cipondoh Makmur masih wilayah Kecamatan Cipondoh, dia kerap terbang ke Medan. “Jadi dosen juga di sana [Medan] jadi seminggu sekali pulang ke Tangerang karena domisili di sini,” kata Wahyudi.
Menurutnya, SS baru pensiun April 2019 ini.