Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PBB Peringatkan Bencana dari Krisis Iklim Kian Nyata

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa bencana yang diakibatkan oleh krisis iklim saat ini terjadi pada tingkat mingguan.
Kawasan terkering di Afrika, Sahel, berubah jadi hijau karena perubahan iklim./Istimewa
Kawasan terkering di Afrika, Sahel, berubah jadi hijau karena perubahan iklim./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa bencana yang diakibatkan oleh krisis iklim saat ini terjadi pada tingkat mingguan.

Bencana seperti topan Idai dan Kenneth di Mozambik serta kekeringan yang melanda India telah menjadi berita utama di seluruh dunia. Akan tetapi, PBB mengungkapkan bawah ada lebih banyak peristiwa dengan dampak yang cukup besar di berbagai belahan dunia.

“Sejumlah peristiwa yang menyebabkan kematian dan penderitaan terjadi jauh lebih cepat dari yang diperkirakan. Ini bukan tentang masa depan tapi tentang hari ini,” kata Mami Mizutori, perwakilan khusus sekretaris jenderal PBB untuk penanganan risiko bencana seperti dikutip The Guardian, Senin  (8/7/2019)

Hal ini berarti, bahwa adaptasi dengan krisis iklim tidak bisa lagi dilihat sebagai masalah jangka panjang, tetapi investasi yang dibutuhkan saat ini juga, “orang-orang perlu berbicara lebih banyak tentang adaptasi dan ketahanan,” imbuhnya.

Perkiraan menempatkan biaya bencana terkait iklim mencapai US$520 miliar per tahun. sedangkan, biaya tambahan infrastruktur bangunan yang tahan terhadap efek pemanasan global hanya sekitar 3% selama 20 tahun ke depan.

Mizutori mengatakan bahwa kondisi ini bukan hanya persoalan banyaknya uang untuk pengeluaran infrastruktur, tetapi ketangguhan yang harus lebih di prioritaskan.

“Itu berarti harus membuat standar untuk infrastruktur baru seperti perumahan, haringan jalan, kereta api, pabrik, jaringan listrik, dan karingan pasokan air yang tahan terhadap efek dari banjir, kekeringan, badai, dan cuaca ekstrem,” katanya.

Hingga saat ini, sebagian besar fokus pekerjaan terhadap krisis iklim adalah mitigasi, yang selalu didengungkan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Persoalan tentang adaptasi terhadap efek krisis iklim ini selalu menjadi nomer dua.

Hal tersebut dikarenakan para aktivis dan ilmuwan selalu mengatakan apabila program mitigasi berhasil dilakukan, maka masyarakat tidak akan mengalami dampak terkait hal tersebut. Selain itu, pembahasan tentang adaptasi juga lebih rumit dijelaskan.

Sementara itu, Mizutori mengatakan bahwa sudah tidak ada waktu lagi untuk berargumen tentang hal ini, “Kita berbicara tentang keadaan darurat dan krisis iklim. Jika kita tidak bisa menghadapi masalah adaptasi ini, jelas kita tidak akan selamat,” katanya.

Dia mengatakan bahwa banyak dari bencana dengan dampak yang lebih rendah akan dapat dicegah jika masyarakat memiliki peringatan dini tentang cuaca buruk, infrastruktur yang lebih baik seperti penahan banjir atau akses air saat terjadi kekeringan, serta pemerintah yang lebih sadar tentang daerahnya sendiri.

“Kita perlu mengambil pandangan yang lebih holistic tentang risiko [dari krisis iklim],” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Syaiful Millah
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper