Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping bulan depan dengan harapan pembicaraan mereka akan "sangat bermanfaat" menyusul tidak tercapainya kesepakatan perdagangan di antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.
Sebelumnya, China mengumumkan akan mengenakan tarif yang lebih tinggi pada sejumlah barang impor dari Amerika Serikat. Di antara produk itu termasuk sayuran beku dan gas alam cair.
Langkah itu merupakan balasan atas keputusan Washington pekan lalu untuk menaikkan pungutan atas produk China senilai US$200 miliar. Trump sebelumnya memperingatkan Beijing untuk tidak membalas kebijakan yang dikeluarkannya.
“Kami sedang berurusan dengan mereka. Kami memiliki hubungan yang sangat baik,” kata Trump dalam sambutannya di Gedung Putih seperti dikutip Reuters, Selasa (14/5/2019).
Dia mengatakan mungkin sesuatu akan terjadi karena dirinya akan akan bertemu di pertemuan negara G-20 di Jepang dengan harapan pertemuan itu akan sangat bermanfaat.
Trump, yang mempunyai agenda proteksionisme sebagai bagian dari visi kampanyenya "America First", menambahkan bahwa dia belum memutuskan apakah akan melanjutkan pengenaan tarif impor hingga senilai US$ 325 miliar atas barang asal China.
Baca Juga
Sedangkan China mengatakan kemarin bahwa pihaknya berencana untuk menetapkan tarif impor atas produk AS mulai dari 5 persen hingga 25 persen pada 5.140 item produk sekaligus merevisi target pendapatan US$ 60 miliar. Tarif itu disebutkan mulai berlaku pada 1 Juni 2019.
"Penyesuaian China pada tarif tambahan merupakan respons terhadap unilateralisme dan proteksionisme AS," menurut Kementerian Keuangan negara tersebut.
Disebutkan bahwa China berharap AS akan kembali ke jalur yang benar dari perdagangan bilateral dan kembali berkonsultasi dengan China.
Perang dagang di antara kedua negara tengah mengaraha pada sengketa berkelanjutan yang dapat merugikan ekonomi global selain mengguncang investasi sehingga menyebabkan aksi jual tajam di pasar ekuitas dalam sepekan terakhir.
Saham global jatuh lagi kemarin dengan indeks saham utama Wall Street turun lebih dari 2,0 persen. Sedangkan mata uang yuan jatuh ke level terendah sejak Desember dan harga minyak pada perdagangan berjangka turut merosot.