Bisnis.com, JAKARTA - Ratu Elizabeth II akan menjamu Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam kunjungan kenegaraan ke Inggris yang dijadwalkan pada 3-5 Juni 2019 mendatang.
Kunjungan Trump kali ini diperkirakan akan kembali disambut oleh protes publik besar-besaran seperti yang terjadi pada kunjungannya tahun lalu.
Agenda kenegaraan ini adalah kehormatan tertinggi yang diberikan untuk mengunjungi pejabat tinggi Inggris dan bertepatan dengan krisis yang tengah dihadapi pemerintahan Perdana Menteri Theresa May untuk menyelamatkan Brexit.
Perdana Menteri May, di sisi lain juga tengah mengupayakan kesepakatan perdagangan baru pasca Brexit dengan Amerika Serikat.
Trump, yang akan menjadi tamu kerajaan, kemungkinan akan menerima jamuan makan di Istana Buckingham dan bahkan berkesempatan untuk naik kereta kencana kerajaan yang dikawal oleh tentara Inggris.
Dalam pernyataan resmi perdana menteri, May mengatakan bahwa kunjungan kenegaraan ini adalah kesempatan untuk mempererat hubungan antar negara yang sudah cukup dekat khususnya pada area seperti perdagangan, investasi, keamanan, pertahanan, sambil mendiskusikan kelanjutan hubungan bilateral di masa depan.
"Kita harus terus berdiri berdampingan untuk menegakkan nilai-nilai dan cara hidup antar kedua negara," ujar PM May, seperti dikutip melalui Bloomberg, Selasa (23/4/2019).
Trump dan May dijadwalkan untuk mengadakan sesi diskusi di London dan menghadiri peringatan 75 tahun D-Day, sebuah momentum penting pada Perang Dunia II dimana Invasi Normandi berlangsung.
Perhelatan D-Day tahun ini diadakan di Portsmouth yang akan menampilkan aksi pesawat terbang dan perkumpulan kapal perang Angkatan Laut Kerajaan.
Kunjungan Trump ke Inggris pada Juli tahun lalu secara diam-diam diubah statusnya dari kunjungan kenegaraan, namun hal tersebut tidak menyurutkan aksi protes rakyat Inggris di jalanan.
Akibat blokade di jalan protokol dan menutup akses menuju gedung parlemen, Trump terpaksa membatalkan kunjungannya dan hanya berkesempatan untuk mengelilingi Inggris dengan helikopter.
Penentang Trump telah mengumumkan bahwa mereka akan turun ke jalan lagi untuk memprotes kunjungannya.
Hubungan antara Trump dan May sebenarnya tidak begitu akrab. Meskipun PM May adalah pemimpin dunia pertama yang mengunjunginya di Gedung Putih, keduanya tidak pernah menikmati hubungan dekat.
Trump menganggap May sebagai seorang guru yang suka memerintah, sementara itu May merasa sulit untuk mengakses komunikasi trans-Atlantik.
Pernyataan Trump sebelumnya tentang Brexit juga mempersulit perdana menteri untuk mendorong kabinetnya yang berseteru ke arah kompromi untuk meninggalkan Uni Eropa.
Trump telah berulang kali membuat marah warga Inggris, salah satunya karena dia me-retweet cuitan propaganda dari kelompok anti-Muslim Inggris sayap kanan dan mengkritik tanggapan London terhadap serangan teroris.