Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Utang Nasional AS Terus Membengkak

Departemen Keuangan AS mencatat total uutang publik mencapai US$22 triliun untuk pertama kalinya per 11 Februari 2019. 
Dolar AS./Bloomberg
Dolar AS./Bloomberg
Bisnis.com, JAKARTA - Beban keuangan Amerika Serikat terus meningkat meskipun perekonomian dalam keadaan baik. Departemen Keuangan AS mencatat total uutang publik mencapai US$22 triliun untuk pertama kalinya per 11 Februari 2019. 
Kewajiban negara terus meningkat bersamaan dengan perdebatan antara Presiden Donald Trump dengan anggota Kongres terkait anggaran tembok perbatasan selatan.
Para ahli fiskal, termasuk mantan Ketua Federal Reserve Alan Greenspan memperingatkan tentang bahaya meningkatnya defisit anggaran. Dengan kata lain, utang nasional adalah total defisit anggaran tahunan.
Kantor Anggaran Kongres (CBO) memproyeksikan bahwa defisit tahun ini sebesar US$897 miliar atau naik 15,1% dari ketidakseimbangan tahun lalu sebesar US$ 779 miliar.
Di tahun-tahun mendatang, CBO memperkirakan bahwa defisit akan terus meningkat mencapai US$ 1 triliun per tahun mulai tahun 2022 sampai dengan 2029, setelah itu baru ada kemungkinan perlambatan pertumbuahn utang nasional.
Sebagian besar peningkatan utang disebabkan oleh kenaikan dana Jaminan Sosial dan Perawatan Kesehatan akibat jumlah besar generasi baby boomers yang memasuki usia pensiun.
Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa ekonomi Amerika Serikat masih kuat dengan risiko resesi yang rendah meskipun dampak pertumbuhan belum dirasakan secara merata.
"Hari ini, data nasional menunjukkan tingkat ekonomi yang kuat. Jumlah pengangguran mencapai tingkat terendah selama setengah abad terakhir dan output ekonomi bergerak pada fase solid," ujar Powell di hadapan mahasiswa Mississippi Valley State University, Selasa (12/2), seperti dikutip oleh Bloomberg.
Dia mengatakan bahwa dampak pertumbuhan ekonomi belum dirasakan secara merata di sejumlah area, termasuk pedesaan. 
"Bank sentral akan mengupayakan bantuan untuk mencapai tujuan stabilitas harga dan peningkatan jumlah lapangan kerja," katanya.
The Fed mengisyaratkan bulan lalu bahwa mereka akan menghentikan kenaikan suku bunga setidaknya untuk sementara waktu dan akan fleksibel dalam mengurangi kepemilikan obligasi. 
Poros Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang berubah dari bias terhadap kebijakan moneter yang lebih ketat pada akhir tahun lalu telah membantu memicu antusiasme di pasar keuangan.
Dalam komentar sebelumnya kepada para mahasiswa, Powell mengatakan bahwa para bank sentral tidak merasa ada kemungkinan resesi sama sekali.
Pertumbuhan AS menunjukkan pergerakan positif yang kuat pada 2018 tetapi diperkirakan agak melambat tahun ini akibat pelemahan ekonomi global dan stimulus dari pemotongan pajak AS serta peningkatan pengeluaran pemerintah mulai dikurangi.
Meski begitu, pasar tenaga kerja tetap kuat dengan tingkat pengangguran sebesar 4% atau hampir mencapai level terendah sejak 1960-an.
Bank sentral menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali sepanjang tahun lalu dengan kebijakan acuan dari 2,25% menjadi 2,5%.
Meskipun tingkat utang federal meningkat, banyak ekonom mengatakan risikonya masih kecil dan kondisi pada tingkat suku bunga saat ini berada pada level terendah menurut standar historis The Fed.
Namun, beberapa pakar anggaran memperingatkan bahwa utang negara yang terus meningkat menimbulkan risiko besar bagi pemerintah karena hal itu dapat mempersulit respon pemerintah terhadap krisis keuangan apalagi dengan adanya pemotongan pajak dan peningkatan pengeluaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper