Bisnis.com, JAKARTA – Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Swedia yang telah terjalin lama diharapkan dapat kian mendorong peningkatan kerja sama, yang bisa memberikan hasil positif bagi pertumbuhan ekonomi kedua negara. Untuk membahas mengenai strategi penguatan kerja sama ini, Bisnis mewawancarai Bagas Hapsoro Duta Besar RI untuk Kerajaan Swedia merangkap Republik Latvia. Berikut petikannya:
Apa saja tugas khusus yang diamanatkan pemerintah kepada Anda sebaga dubes?
Kami sebagai dubes ingin meningkatkan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Swedia, yang dapat bermanfaat bagi pengembangan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Melalui berbagai kerja sama di bidang perekonomian tersebut, diharapkan dapat turut mendorong roda perekonomian di Indonesia, dan membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara khusus.
Apakah perekonomian menjadi isu yang paling ditekankan pemerintah?
Di bidang perekonomian, pemerintah pusat pada dasarnya menekankan agar perwakilan gencar melakukan promosi trade, tourism and investment (TTI) Indonesia ke negara akreditasi. Kawasan Nordik khususnya mendapatkan prioritas untuk meningkatkan promosi pariwisata Indonesia, termasuk di dalamnya investasi di bidang pariwisata.
Dalam hal ini, arus masuk wisatawan asing untuk berlibur ke Indonesia diharapkan meningkat dan dapat mencapai target jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta orang pada akhir 2019.
Adakah persoalan terkait kerja sama ekonomi yang masih menjadi perhatian khusus bagi Indonesia?
Masalah isu penggunaan biofuel dari kelapa sawit Indonesia di negara-negara Uni Eropa menjadi perhatian pemerintah, terutama untuk mengatasi berbagai kampanye negatif atas pengelolaan kelapa sawit Indonesia.
Pemerintah juga menekankan pentingnya kerja sama bidang inovasi dan digital ekonomi. Berkaitan dengan hal tersebut, sedang direncanakan pengembangan Aliansi Digital Ekonomi Indonesia-Swedia.
Aliansi ini akan menjadi wadah bertemunya para pelaku sektor digital ekonomi kedua negara untuk saling bertukar pengalaman, pengetahuan dan keahlian, pembukaan terhadap akses permodalan, terutama untuk mendukung perkembangan sektor digital ekonomi Indonesia.
Indonesia diharapkan bisa banyak belajar dari Swedia sebagai negara dengan jumlah penduduk hanya sekitar 10 juta orang, tetapi mampu memiliki perusahaan-perusahaan dan produk-produk bertaraf internasional seperti Ericsson, Scania, Volvo, Skype, Spotify, IKEA, H&M, hingga King yang menciptakan gim Candy Crush.