Bisnis.com, JAKARTA - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan bekerja kembali di Gedung KPK RI, Jumat (27/7/2018).
Kedatangan Novel disambut oleh pimpinan dan para pegawai KPK ketika tiba di Gedung KPK RI sekitar pukul 09.00 WIB.
Novel disambut oleh Ketua KPK Agus Rahardjo, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, Direktur Gratifikasi KPK Giri Supradiono, mantan pimpinan KPK Abraham Samad dan Bambang Widjojanto, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, para aktivis antikorupsi, dan sekitar 200 pegawai KPK.
"Terima kasih banyak, terima kasih rakyat Indonesia yang mendukung terkait dengan penyerangan yang saya alami," kata Novel yang memakai kemeja batik cokelat dan kacamata dari atas panggung kecil di depan lobi Gedung Merah Putih KPK.
Ia melanjutkan, "Saya bersyukur, saya sekarang bisa melihat. Saya pernah mengalami keadaan saya tidak bisa melihat, saya melihat walau ada beberapa kendala."
Novel Baswedan sudah kembali ke Indonesia pada tanggal 22 Februari 2018 dari pengobatan selama lebih dari 10 bulan sejak kedua matanya disiram air keras oleh dua orang pengendara motor pada tanggal 11 April 2017 seusai salat Subuh di Masjid Al-Ihsan, dekat rumahnya.
Namun, sejak Februari sampai saat ini dia belum dinyatakan sehat untuk bekerja oleh dokter yang menanganinya. Kondisi mata Novel, menurut hasil diagnosis dokter, mata kiri mengalami kerusakan yang lebih parah dibanding mata kanannya.
"Sebagai bentuk rasa syukur saya masuk kerja ke Kantor KPK akan melakukan semaksimal mungkin yang bisa saya kerjakan," tambah Novel.
Novel mengaku tidak ada rasa sedih, dendam, maupun kejatuhan mental dalam dirinya.
"Apa pun yang saya alami saya syukuri daya ikhlas. Saya memaafkan pelaku. Saya tidak dendam, bukan hanya dari mulut, melainkan juga dari hati," ucapnya.
Akan tetapi, dia tidak akan berhenti bersuara agar semua diungkap. Bahkan, dia akan bicara dengan risiko apa pun, bukan hanya terkait dengan dirinya, melainkan pelaku penyerangan ke KPK.
Minta Diungkap
Dengan suara tegas Novel pun meminta setiap penyerangan ke pegawai KPK harus diungkap jangan ditutupi.
"Saya tidak menuduh, tetapi apa adanya. Tidak bicara di wilayah abu-abu," ujarnya.
Menurut dia, korupsi tidak akan bisa diberantas kalau ditutup-tutupi. Oleh karena itu, dia mendesak Presiden RI Joko Widodo untuk mengungkap kasus tersebut.
"Kenapa Presiden bukan Polri sebagai institusi? Karena polisi tidak mau mengungkap kasus ini. Oleh karena itu, saya minta ke atasannya polisi dan ini bukan karena saya marah, saya memang sebagai korban," katanya.
Novel berpendapat bahwa pengungkapan pelaku teror karena mengungkapkan korupsi sama pentingya dengan pemberantasan korupsi itu sendiri.
Ia pun berharap agar selanjutnya Presiden Joko Widodo bersungguh-sungguh mendukung KPK dan lembaga lain dalam pemberantasan korupsi dan tidak hanya menyampaikan retorika atau kamuflase atau seremoni karena korupsi berdampak sangat besar.
"Saya dengar penyampaian dari beberapa rekan saya dan saya sedikit terharu karena mereka sungguh-sungguh berani dan serius untuk berjuang, itu kebanggaan yang besar kepada saya," ungkap Novel terharu.
Kobarkan Keberanian
Novel meminta agar keberanian para pegawai KPK harus tetap terus dikobarkan namun dilengkapi dengan integritas untuk berjuang dalam memberantas korupsi.
Orang-orang yang melakukan pemberantasan korupsi akan difitnah, diteror, "dikatain" terima uang, main perkara, katanya lagi, mereka harus tetap berintegritas, sabar, dan tawakal. Dengan hal itu, pemberantas korupsi akan mendapat hasil.
"Kalaupun tidak mendapat hasil, kita akan mendapat pahala dari Allah. Insyaallah pemebrantasan korupsi tetap dikobarkan jangan dibiarkan diam," tambah Novel.
Novel pun menerima karangan bunga putih pada acara tersebut.