Bisnis.com, JAKARTA – Suara para pelaku bisnis terus berdatangan mengecam kebijakan imigrasi 'nol toleransi' pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. CEO Apple Tim Cook termasuk yang lantang di antaranya.
Dalam sebuah wawancara dengan The Irish Times, Cook secara khusus menyebutkan rekaman audio yang diterbitkan pada Senin (18/6/2018) oleh ProPublica, dimana anak-anak yang ditahan dapat terdengar menangis memanggil orangtua mereka.
“Sangat memilukan melihat gambar dan mendengar suara anak-anak itu,” kata Cook kepada The Irish Times, seperti dikutip Business Insider. “Anak-anak adalah sosok paling rentan dalam masyarakat mana pun. Saya pikir apa yang terjadi tidak manusiawi, harus dihentikan.”
Cook telah memiliki jalur komunikasi terbuka dengan pemerintahan Trump serta para pemimpin dunia kontroversial lainnya. Salah satu pemimpin bisnis paling berpengaruh ini sering berpendapat bahwa dia dan Apple dapat mengubah kebijakan dengan tetap terlibat.
“Saya pribadi sangat percaya bahwa dengan dengan menjadi warga negara yang baik adalah untuk berpartisipasi, mencoba untuk mengadvokasi sudut pandang Anda, tidak hanya duduk di sisi dan berteriak atau mengeluh,” terang Cook kepada The Irish Times.
“Itu akan menjadi pendekatan yang akan kami ambil di sini. Yang ini khususnya sangat memilukan dan tragis.”
Apple dan Cook telah berupaya mengubah pemikiran Trump tentang beberapa isu sosial. Dalam wawancara baru-baru ini, Cook mengungkapkan telah mendorong Trump untuk menemukan resolusi bagi kelas imigran muda yang dilindungi dari deportasi di bawah program Deferred Action for Childhood Arrivals, yang telah dihentikan oleh Trump.
Cook juga secara terang-terangan tidak setuju dengan Trump atas keputusan pemerintah untuk menarik diri dari perjanjian iklim Paris.
Selain Cook, CEO Facebook Mark Zuckerberg mengritik kebijakan imigrasi pemerintahan Trump yang memisahkan anak-anak imigran dari orangtua mereka di perbatasan AS dengan Meksiko.
“Organisasi seperti Texas Civil Rights Project dan RAICES melakukan pekerjaan besar membantu keluarga-keluarga di perbatasan AS mendapatkan layanan nasihat hukum dan terjemahan, serta mendokumentasikan apa yang terjadi di lapangan untuk memastikan cerita ini disebarkan,” tulis Zuckerberg dalam suatu unggahan di Facebook, seraya menyerukan donasi.
“Saya telah berdonasi dan saya mendorong agar Anda juga. Kita harus menghentikan kebijakan ini sekarang,” lanjutnya, seperti dikutip CNBC.
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, Microsoft mengatakan 'kecewa' oleh pemisahan paksa anak-anak dari keluarga mereka.
Beberapa eksekutif bisnis lain telah mengungkapkan keluhan mereka tentang kebijakan imigrasi 'nol toleransi' pemerintahan Trump di media-media sosial.
GEO Google Sundar Pichai mendesak pemerintah menemukan "cara yang lebih baik, lebih manusiawi" untuk mengatasi masalah imigrasi dalam sebuah cuitan pada hari Selasa (19/6).
Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS) AS mencatat sebanyak 11.785 anak di bawah umur yang dalam pemeliharaan, NBC News melaporkan pada Senin, mengutip seorang pejabat departemen.
Jumlah anak-anak imigran dalam pemeliharaan HHS telah meningkat sebagai akibat dari kebijakan 'nol toleransi' pemerintah tentang penyeberangan perbatasan secara ilegal.
Meski terus mendapat kritik tajam, pemerintah AS membela dan mempertahankan kebijakan terhadap para imigran di perbatasan dengan Meksiko, termasuk memisahkan para orangtua dengan anak-anaknya.
Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Kirstjen Nielsen mengatakan pihaknya hanya menjalankan UU imigrasi yang ketat.
"Pemerintahan ini tidak menciptakan kebijakan pemisahan keluarga di perbatasan. Yang sekarang berubah adalah kami tidak lagi menerapkan pengecualian terhadap orang-orang yang melanggar hukum," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Putih, seperti dilansir Reuters, Selasa (19/6/2018).
Kebijakan tersebut mencakup penahanan atas semua orang dewasa yang mencoba masuk ke AS secara ilegal, termasuk mereka yang mencari suaka.
Ketika para orangtuanya dipenjara, anak-anak mereka dikirim ke fasilitas penahanan terpisah. Berbagai video yang ditayangkan pemerintah menunjukkan anak-anak ditahan di dalam ruangan-ruangan semacam kandang besi dan berlantai beton.
Kebijakan ini telah mendapat kritikan tajam dari Partai Demokrat, yang menyebutnya sebagai tindakan barbar. Sebagian anggota Partai Republik juga menyampaikan kekhawatiran terhadap kebijakan itu.
Tercatat hampir 2.000 anak-anak dipisahkan dari orang tuanya antara pertengahan April hingga akhir Mei 2018.
Trump berencana menggunakan kebijakan ini untuk mendorong kebijakan lainnya yang tertahan di Kongres AS--seperti pembangunan dinding pemisah di sepanjang perbatasan dengan Meksiko. Menurutnya, hal ini perlu dilakukan untuk mengamankan perbatasan dan mencegah masuknya imigran ilegal.