Bisnis.com, JAKARTA--Serangan teror terhadap tiga gereja di Surabaya dinilai tidak terlepas dari kerusuhan di Rutan Cabang Cipinang di Kompleks Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Al Chaidar, Pengamat Terorisme dari Universitas Malikussaleh, meyakini adanya kaitan yang kuat antara penyerangan tiga Gereja di Surabaya dengan kerusuhan yang terjadi di Mako Brimob, Depok pada Selasa (8/5/2018) malam.
"Ini sangat terkait dengan insiden di Mako Brimob. Selain kerusuhan, narapidana terorisme [napiter] juga melontarkan seruan jihad kepada seluruh pasukan," katanya ketika dihubungi Bisnis, Minggu (13/5/2018).
Dia menuturkan seruan jihad tersebut dilakukan napiter melalui live media sosial Instagram menggunakan handphone rampasan saat kerusuhan berlangsung.
Menurutnya, dalam siaran live selama 1 menit 30 detik, napiter meminta pasukan jihadis se-Indonesia untuk melakukan serangan balik ke pihak polisi.
"Mereka juga mengatakan jika tidak [serang] Mako Brimob, maka bisa menyasar polisi dan tempat ibadah non-muslim. Bom di Gereja Surabaya merupakan aksi balasan," imbuh Al-Chaidar.
Baca Juga
Serangan bom di Surabaya terjadi di tiga gereja berbeda di Surabaya. Ledakan pertama terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercelah, di wilayah Ngagel, pukul 07.30 WIB. Ledakan kemudian terjadi juga di GKI Jalan Diponegoro pukul 07.35 WIB, dan Gereja Pantekosta Jalan Arjuna pukul 08.00 WIB.
Menurut Al Chaidar, serangan itu sudah direncanakan. "Teroris memilih waktu Minggu pagi karena tahu banyak jemaah datang untuk melaksanakan misa atau kebaktian," ucapnya.