Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Belajar di Ruang Kelas, Guru & Murid Cederung Tertekan

Perasaan tertekan dan ketakutan tidak merdeka dan tidak berdaya terkait dengan praktik belajar-mengajar yang dilakukan sepanjang tahun ajaran. Data menunjukkan kekerasan terjadi bukan hanya pada jam pelajaran, tapi dalam perjalanan ke dan dari sekolah, bahkan di acara-acara di luar kurikuler, yang diselenggarakan organisasi kesiswaan atau yang berkaitan, ujar Psikolog pendidikan Najeela Shihab.
Dokumentasi pelajar SD Negeri 300/VI Merangin belajar di kelas yang beralas tanah di Desa Sungai Tebal, Lembah Masurai, Merangin, Jambi, Rabu (21/10). Sekolah yang berjarak sekitar 82 kilometer dari pusat Pemerintahan Kabupaten Merangin tersebut sejak 15 tahun beralas tanah, berdinding kayu, dan dengan jumlah meja dan kursi yang terbatas./Antara
Dokumentasi pelajar SD Negeri 300/VI Merangin belajar di kelas yang beralas tanah di Desa Sungai Tebal, Lembah Masurai, Merangin, Jambi, Rabu (21/10). Sekolah yang berjarak sekitar 82 kilometer dari pusat Pemerintahan Kabupaten Merangin tersebut sejak 15 tahun beralas tanah, berdinding kayu, dan dengan jumlah meja dan kursi yang terbatas./Antara

Kabar24.com, JAKARTA - Psikolog pendidikan Najeela Shihab mengatakan guru dan murid sama-sama tertekan di ruang kelas dan merasa tidak merdeka serta tidak berdaya.

"Perasaan tertekan dan ketakutan tidak merdeka dan tidak berdaya terkait dengan praktik belajar-mengajar yang dilakukan sepanjang tahun ajaran. Data menunjukkan kekerasan terjadi bukan hanya pada jam pelajaran, tapi dalam perjalanan ke dan dari sekolah, bahkan di acara-acara di luar kurikuler, yang diselenggarakan organisasi kesiswaan atau yang berkaitan," ujar Najeela di Jakarta, Senin (5/2/2018).

Hubungan guru dan murid, kata dia, hanya dilihat sebagai bonus demografi atau sumber daya. Najeela yang juga seorang pendidik tersebut menambahkan selama ini anak tumbuh berdasarkan pemahaman nilai moral dan perilaku sosial dari apa yang dipelajari dari lingkungan. Misalnya dengan mendisiplinkan dengan ancaman, mengapa teman yang melakukan perundungan mendapat tepuk tangan, bagaimana guru tidak meneladankan kemerdekaan.

"Lihat, di sekeliling kita penggunaan zat terlarang, permainan digital yang mengenalkan pada darah, kemiskinan yang menekan. Makanya tak perlu kaget saat anak-anak kita menjadi korban. Pola pergaulan murid di sekolah, tingkat kerusakan atau kehilangan barang, jumlah murid yang absen dari pelajaran dan guru yang absen dari pekerjaan, seharusnya semua ini kartu kuning untuk pendidikan yang selalu diabaikan," kata dia.

Selain itu, penanganan kekerasan dalam pendidikan, jarang berdampak berkelanjutan. "Pada saat marah, kita bertekad meningkatkan pengawasan, yang seringkali menjadi ajang melabel (kelompok) murid yang beresiko tinggi. Padahal analisa data menunjukkan, pengelompokkan murid yang bermasalah justru mengakibatkan turunnya kepercayaan diri dan meningkatnya kelompol tidak sehat."

Selain itu juga, menegakkan hukuman berlebihan, bukan hanya di pengadilan tapi juga di peraturan sekolahan. Padahal riset terbaru membuktikan, ancaman dan ketakutan berpengaruh jangka panjang pada perkembangan otak individu sepanjang usia dan budaya lingkungan sepanjang masa.

Menurut dia, perlu ada campur tangan sebelum anak perlu konseling dan terapi. Peraturan di sekolah juga bukan sekadar peraturan yang dipaksakan. "Disiplin positif yang dipraktikan guru lah yang? akhirnya menggerakkan perubahan, bukan sekadar pencanangan dokumen yang menghabiskan anggaran. Ini kunci guru yang merdeka dan murid yang berdaya, yang kita butuhkan," cetus dia.

Disiplin positif tujuannya bukan patuh, tapi anak sadar dan bertanggungjawab, jadi anak bisa berpikir bukan hanya menurut. Peraturan harus dijelaskan dan ada alasannya, karena memang zaman sekarang informasi ada dimana-mana bukan hanya dari guru. Jadi pergeseran perilaku bukan hanya dari "game", TV tapi memang karena pola interaksi dunia berubah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Fajar Sidik
Sumber : antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper