Khofifah Menebus Kekalahan
Khofifah bukanlah pemain baru di Jawa Timur karena Ketua Umum Muslimat NU itu pernah dua kali ikut pilgub di provinsi daerah asalnya tersebut. Artinya, pertarungan kali ini akan menjadi upaya Khofifah untuk menebus kekalahan masa lalunya yang tidak begitu jauh dari pasangan Soekarwo-Gus Ipul.
Dari profil partai dan keluarga Emil yang cukup mapan akan membuat pasangan ini unggul dari sisi pendanaan kampanye. Meski Khofifah dan Emil bukan berasal dari keluarga “darah biru” sebagaimana lawannya, namun keragaman jabatannya mulai dari Menteri Peranan Wanita di era pemerintahan Presiden Gus Dur hingga Mentri Sosial bisa menjadi modal untuk mendulang suara.
Posisi itu menunjukkan interaksinya dengan masa pemilih cukup tinggi, terutama di kalangan pemilih wanita dibandingkan dengan Gus Ipul yang sempat direshuffle oleh SBY dari jabatan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal. Diperkuat oleh basis pendukung Emil sebagai Bupati Trenggalek yang lazim disebut wilayah kaum Mataraman, pasangan ini juga memiliki bonus elektoral yang signifikan.
Barangkali pengalaman dua kali kalah di Pilgub Jatim akan membuat Khofifah lebih fight karena yang dia hadapi kali ini Gus Ipul yang tidak lain adalah wakilnya Soekarwo.
Pakde Karwo yang berbasis organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) kali ini menjadi anggota tim kampanye Khofifah. Akan tetapi, tentunya pasangan “rakyat biasa” ini juga memiliki titik lemah kalau melihat kekuatan mesin politik di DPRD yang hanya 42 kursi dari Partai Demokrat (13), Golkar (11), PAN (7), PKS (6), PPP (5), Nasdem (4), Hanura (2).
Belum lagi kalau isu gender menjadi salah satu isu yang mengemuka saat kampanye, maka Khofifah akan kembali gigit jari. Pasalnya, ada sebagian kalangan yang menolak pemimpin wanita sebagaimana pernah disuarakan pada dua pemilihan gubernur sebelumnya.