Kabar24.com, SEMARANG - Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyatakan telah mendapat dana kampanye yang berasal dari sokongan para koleganya yang bergerak di berbagai bidang perekonomian.
Dana patungan itu berasal dari sejarah panjangnya saat menduduki posisi strategis di perusahaan BUMN, mulai Pertamina sampai PT Pindad.
Sebagai aktivis, dirinya juga mengenal akrab banyak tokoh ekonom Indonesia mulai Kuntoro Mangunsubroto sampai Ma'rie Muhammad.
"Berkenalan dengan mereka telah merubah hidup saya. Kondisi itu jelas sangat mewarnai dunia kita. Ketika terjun berpolitik, basis dana saya dari iuran dari kawan-kawan profesional maupun pengusaha. Karena politik di negara kita sangat mahal," kata Sudirman tatkala bertemu dengan para profesor dari Universitas Diponegoro (Undip) di Gedung Widya Puraya, Tembalang Semarang pada Rabu (3/1/2018).
Meski demikian, Sudirman berjanji tidak akan menggunakan isu-isu SARA saat bertarung di bursa Pilgub Jateng.
Sudirman bakal memilih strategi berpolitik yang cerdas dan arif sehingga mampu menimbulkan nuansa yang menyenangkan ditengah masyarakat.
"Saya memasuki dunia politik sebagai zona belajar, bukan sebagai teror sehingga ketika kita berpolitik bisa menjadi hal yang menyenangkan," ungkap Sudirman.
"Saya akan mengajak semua calon untuk bersama menyampaikan komitmen jangan memecah-belah. Saya datang kemari untuk merajut kemajemukan. Kita tidak akan menggunakan (SARA) di Jateng, lebih baik mengajak berembuk untuk berpolitik secara cerdas dan arif," imbuhnya.
Ini, ujar Sudirman berbeda dengan situasi politik saat Pilgub DKI berlangsung awal 2017 kemarin.
Dari pengalamannya memenangkan pasangan Anies-Sandi, isu SARA justru dipicu kegaduhan politik yang ditimbulkan Gubernur DKI saat itu, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Kemudian muncul aksi demo 212 karena terprovokasi oleh komentar Ahok soal Surat Almaidah Ayat 5.
Karena itulah, ia menganggap Pilgub DKI merupakan pertarungan sikap arogansi dan budi pekerti.
"Dalam kasus reklamasi pesisir Jakarta terungkap memang banyak masyarakat yang sakit hati. Masyarakat menderita karena kepemimpinan gubernur yang dahulu," katanya, sembari mengenang kondisi Jakarta saat Pilgub berlangsung.