Kabar24.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menawarkan bantuannya menyelesaikan konflik teritorial di Laut China Selatan menjelang akhir kunjungan kenegaraannya ke Asia.
Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada hari Senin saat ia menghadiri pertemuan mengenai isu keamanan regional yang diselenggarakan oleh Asean (Association of Southeast Asian Nations).
Titik pembahasan penting dalam pertemuan ini adalah bagaimana menurunkan ketegangan di Laut Cina Selatan, jalur pelayaran global utama yang mengandung cadangan minyak dan gas bumi.
"Saya adalah seorang mediator dan arbiter yang sangat baik. Jika saya dapat membantu dalam cara apapun, bilang saja,” kata Trump pada hari Minggu dalam sebuah konferensi pers di Hanoi, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (13/11/2017).
Baik Filipina dan Vietnam baru-baru ini melihat China telah mengganggu eksplorasi minyak dan gas bumi di wilayah-wilayah yang dipersengketakan di Laut Cina Selatan.
Meskipun tidak mengambil posisi dalam sengketa teritorial, AS telah mengkritik China karena reklamasi lahan dan tindakan lainnya untuk menegaskan kendali atas wilayah-wilayah yang juga diklaim sebagian oleh negara-negara Asia Tenggara.
Masih belum jelas apakah komentar Trump memberi isyarat atas peran AS yang lebih proaktif dalam menemukan solusi terhadap salah satu titik balik terbesar di Asia tersebut.
Sepanjang perjalanannya di Asia, Trump sendiri telah memusatkan perhatiannya pada program nuklir Korea Utara. Hal ini menunjukkan pergeseran dari sikap pendahulunya, Presiden Barack Obama, yang lebih agresif terhadap aktivitas China di Laut Cina Selatan.
Presiden Vietnam Tran Dai Quang, yang hadir dalam kesempatan yang sama, tidak menjawab secara langsung ketika ditanyai tentang tawaran mediasi Trump.
“Saya telah berbagi pemikiran saya dengan Presiden Donald Trump mengenai perkembangan terakhir dalam hal ini," katanya.
Ia hanya menambahkan bahwa Vietnam ingin menyelesaikan perselisihan melalui perundingan damai sesuai dengan hukum internasional.
Sementara itu, Filipina terkesan lebih hati-hati menyambut baik tawaran Trump itu. Sejumlah pejabat negara mengatakan bahwa setiap usaha akan perlu dikoordinasikan antara negara-negara lain di kawasan itu.
“Ini adalah tawaran yang sangat baik dan murah hati karena dia adalah seorang mediator yang baik,” tutur Menteri Luar Negeri Filipina Alan Peter Cayetano kepada wartawan di Manila.
Di sisi lain, China menentang keterlibatan AS dalam menyelesaikan perselisihan serta lebih memilih penyelesaian melalui pembicaraan langsung dengan negara lain yang terkait.
Mengutip pernyataan Presiden China Xi Jinping, kantor berita resmi China Xinhua News Agency mengabarkan bahwa hubungan antara China dan Filipina telah membuka sebuah babak baru pasca kunjungan Duterte pada bulan Oktober.