Kabar24.com, BARCELONA - Pemimpin Katalunya Carles Puigdemont pada Senin menghadapi tekanan agar membatalkan rencana-rencana mendeklarasikan kawasan itu merdeka dari Spanyol dengan Jerman dan Prancis menyatakan dukungannya bagi persatuan negara itu.
Pemerintah Madrid, yang berjuang mengatasi krisis politik terbesar di Spanyol sejak usaha kudeta militer pada 1981, menjelaskan pada Senin (9/10/2017) bahwa pihaknya segera menanggapi deklarasi sepihak seperti itu.
Sepekan sejak referendum mengenai kemerdekaan yang pemerintah pusat tolak, pemungutan suara tersebut berdampak pada iklim usaha di kawasan terkaya di Spanyol itu.
Puigdemont dijadwalkan akan berpidato di parlemen regional pada Selasa siang waktu setempat dan pemerintah Madrid khawatir parlemen akan memberikan suara bagi deklarasi kemerdekaan sepihak.
Para pejabat Katalunya mengatakan orang-orang memberikan suara bulat bagi pemisahan di tempat-tempat pemungutan suara, yang dinyatakan ilegal oleh pemerintah dan ditandai oleh kekerasan oleh polisi terhadap para pendukung kemerdekaan.
Tetapi isu tersebut telah memecah belah bagian timur laut itu sendiri dan juga bangsa Spanyol. Ratusan ribu serikat pekerja turun ke jalan-jalan di Barcelona pada akhir pekan untuk memprotes pemisahan kawasan itu.
Setelah ditopang oleh dukungan tersebut, Wakil Perdana Menteri Soraya Saenz de Santamara mengatakan pada Senin, "Saya menyerukan orang-orang yang sensitif dalam pemerintahan Katalunya...jangan melampaui batas karena Anda akan membawa orang-orang bersama Anda."
"Jika terjadi deklarasi kemerdekaan sepihak akan ada keputusan-keputusan untuk memulihkan hukum dan demokrasi," kata Saenz de Santamara kepada stasiun radio COPE.
Dukungan juga datang dari kekuatan-kekuatan utama Eropa yakni Jerman dan Prancis.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan kepada PM Spanyol Mariano Rajoy mengenai krisis itu, kata juru bicaranya. Dia menekankan dukungannya bagi persatuan Spanyol tapi juga mendorong untuk dialog-dialog.
Prancis menyatakan pihaknya tidak akan mengakui Katalunya jika kawasan itu secara sepihak mendeklarasikan kemerdekaan. Dengan melakukan hal itu mengarah kepada keluarnya Katalunya secara otomatis dari Uni Eropa, katanya.
"Krisis ini perlu diselesaikan melalui dialog di semua level politik Spanyol," kata Menteri Prancis untuk Urusan Eropa Nathalie Loiseau.
Uni Eropa tidak menunjukkan ketertarikannya terhadap Katalunya yang merdeka, walau Puigdemont telah menyerukan Brussel untuk jadi mediator dalam krisis tersebut.