Kabar24.com, TEHERAN—Kebijakan imigrasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendapat reaksi dari pemerintah Perancis, salah satunya dengan memberikan dukungan terhadap Iran.
Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Marc Ayrault di ibukota Iran, Teheran, mengatakan kebijakan imigrasi Trump yang diskriminatif terhadap tujuh negara dengan mayoritas penduduk muslim termasuk Iran, adalah hal berbahaya dan harus dicabut.
Ayrault mengatakan hal itu dalam konteks kepentingan bersama yang dibina sejak 2015 di mana Iran setuju untuk menghentikan program nuklirnya dengan imbalan sanksi internasional dicabut termasuk hubungan perdagangan.
Selama kampanye pemilu AS, Trump menyebut kesepakatan mencabut sanksi Iran karena menghentikan program nuklirnya sebagai keputusan terburuk yang pernah dinegosiasikan. Trump mengatakan jika ia terpilih akan mencabut kesepakatan itu.
"Kami datang untuk membela kesepakatan itu. Kami prihatin tentang sikap pemerintahan AS terhadap perjanjian ini," kata Jean-Marc Ayrault seperti dikutip dari Reuters, Selasa (31/1).
Sebelumnya, Gedung Putih mengatakan kebijakan imigrasi baru tersebut akan melindungi AS dari serangan teroris.
"Ini tidak ada hubungannya dengan memerangi terorisme. Kebijakan itu berbahaya dan diskriminatif," kata Ayrault.
Bereaksi atas kebijakan imigrasi AS tersebut, Perancis akan menggandakan jumlah visa yang tersedia untuk Iran.
Di sisi lain, Ayrault berada di Iran untuk meyakinkan Teheran bahwa Perancis dan Eropa tetap menghargai kesepakatan nuklir. Kesepakatan itu dua tahun lalu difasilitasi oleh Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris, Jerman dan Perancis.