Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Zaman Es Terjadi jika Suhu Bumi Terus Memanas

Tingginya kadar emisi karbon dioksida (CO2) di atmosfer mengindikasikan zaman es berikutnya tak mungkin terjadi setidaknya dalam 1.500 tahun mendatang.
Ilustrasi Climate Change/www.iop.harvard.edu
Ilustrasi Climate Change/www.iop.harvard.edu

Kabar24.com, JAKARTA - Tingginya kadar emisi karbon dioksida (CO2) di atmosfer mengindikasikan zaman es berikutnya tak mungkin terjadi setidaknya dalam 1.500 tahun mendatang.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Geoscience itu mengungkap, konsentrasi gas penyebab pemanasan global dengan rekor tertinggi pada 2010.

Badan Cuaca PBB menyatakan, gas tersebut akan bertahan di atmosfer selama puluhan tahun, bahkan jika dunia tak lagi memompa emisi gas ke udara.

Zaman es adalah periode ketika terjadi penurunan suhu permukaan dan atmosfer Bumi dalam jangka panjang. Penurunan suhu ini berimbas pada terbentuknya lapisan es dan gletser.

Selama sejarah bumi, diperkirakan sudah lima kali zaman es terjadi. Selama zaman es ada siklus glasiasi, yakni lapisan es yang kadang meluas kadang menyusut. Saat ini bumi resminya berada dalam periode interglasial atau periode hangat selama 10 ribu hingga 15 ribu tahun terakhir.

Soal berapa lama periode itu berlangsung, masih memunculkan spekulasi.

"Analisis menunjukkan, bahwa akhir periode interglasial saat ini akan terjadi dalam 1.500 tahun mendatang, jika konsentrasi CO2 di atmosfer tidak melebihi sekitar 240 bagian per juta volume (ppmv)," isi penelitian itu menyebutkan.

Konsentrasi

Namun, konsentrasi karbon dioksida saat ini mencapai 390 ppmv. Para peneliti mengatakan, pada tingkat konsentrasi CO2 sebesar itu, peningkatan volume lapisan es tidak akan mungkin terjadi.

Penelitian didasarkan pada variasi di orbit bumi dan sampel batuan. Penelitian dilakukan oleh akademisi dari Cambridge University, University College London, University of Florida, dan University Bergen di Norwegia.

Para peneliti mengatakan, bahwa penyebab terjadinya zaman es tidak sepenuhnya dipahami. Namun, konsentrasi metana dan karbon dioksida di atmosfer, perubahan orbit bumi mengelilingi matahari, serta gerakan lempeng tektonik, semuanya berperan.

Suhu Bumi diperkirakan semakin panas seiring dengan terus meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca. Meningkatnya gas rumah kaca memacu potensi ancaman seperti cuaca ekstrem dan kenaikan permukaan air laut.

Para ilmuwan telah memperingatkan, bahwa kenaikan suhu bumi harus dibatasi dalam kisaran 2 derajat Celsius untuk menghindari dampak terburuk perubahan iklim. Tapi, keterlambatan membatasi pertumbuhan emisi gas berbahaya semakin menempatkan planet bumi dalam risiko.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : JIBI
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo.co
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper