Kabar24.com, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Pol. Badrodin Haiti menyatakan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sangat mungkin menjalin komunikasi dengan jaringan teroris yang telah lama ada di Indonesia.
"Kami sekarang tidak bisa mengatakan itu tidak ada hubungannya," kata Badrodin saat dihubungi, Selasa (22/12/2015).
Menurut Badrodin hampir semua organisasi radikal berhubungan satu sama lain.
Meskipun organisasinya tidak berhubungan, tapi individunya dapat menjalin komunikasi.
Hal tersebut lantaran mereka memiliki ideologi hampir sama dengan tujuan mendirikan negara Islam.
"Semua itu tak ada yang tak mungkin," katanya.
Sebelumnya, pengamat terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian Taufik Andrie melihat para terduga teroris yang berhasil ditangkap Densus 88 Antiteror pekan lalu berasal dari dua kelompok berbeda yaitu simpatisan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan jaringan lama Jamaah Islamiyah.
"Ini terjadi ketika sudah banyak informasi warga Indonesia pulang dari Suriah. Mereka membangun jaringan pendukung ISIS," ucapnya.
"Target bukan gereja tapi kelompok Syiah merepresentasikan kelompok ISIS di Suriah. Jamaah Islamiyah sendiri pro Al-Qaeda, sedangkan ISIS memiliki agenda tersendiri," katanya.
Pada 18 Desember di Jawa Tengah, tepatnya di Cilacap, Jawa Tengah, Densus 88 berhasil membekuk dua terduga teroris Riswandi alias Iwan alias Zaid dan Yudinov Syaputra alias Kholid.
Selanjutnya di Tasikmalaya, Jawa Barat ditangkap terduga teroris Zaenal dan Asep Ari.
Untuk para tersangka di Jawa Timur, mereka masuk dalam daftar pencarian orang kelompok teroris Klaten serta mengetahui gudang senjata kelompok teroris Klaten.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Pol. Anton Charliyan mengatakan para teroris itu ditangkap karena diduga akan melancarkan aksi teror pada Desember ini dengan beberapa target sasaran.
"Beberapa pejabat, tempat objek vital termasuk kelompok aliran lain," kata Anton di Mabes Polri, Jakarta, Senin (21/12).