Bisnis.com, KUPANG - Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nusa Tenggara Timur Mandarlangi Puaupa menghimbau para tokoh agama dan masyarakat di wilayah provinsi berbasis kepulauan ini untuk mewaspadai adanya provokasi pascainsiden Aceh Singkil.
"Kita berharap, insiden Aceh Singkil jangan sampai menodai kerukunan hidup beragama dan antaragama di NTT. Karena itu, kita harus waspada terhadap adanya provokasi, karena isu SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan) mudah termakan, ibarat api dalam sekam yang mudah terbakar," katanya, Jumat (16/10/2015).
Mandarlangi mengatakan provokator sangat pandai memanfaatkan setiap kerusuhan yang bernuansa SARA, untuk membakar emosi massa, sehingga perlu diantisipasi sedini mungkin.
Dia mengatakan MUI NTT mengutuk keras tindakan pembakaran rumah ibadah di Desa Sukamakmur, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh, Selasa (13/10/2015), yang berbuntut kerusahan itu.
"Islam tidak mengajar kekerasan kepada umatnya untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap umat agama lain. Kami prihatin dan menguntuk tindakan pembakaran gereja di Aceh Singkil itu," katanya menegaskan.
Menurut dia, NTT memiliki pengalaman mengerikan ketika terjadi kerusahan bernuasa SARA pada 1998, menyusul pembakaran sejumlah gereja di Pulau Jawa pada saat itu.
"Artinya, kita pernah mengalami pengalaman pahit masa lalu, sehingga setiap kejadian di luar NTT yang bernuasa SARA, kami selalu berupaya meredamnya," kata Mandarlangi.
Khusus kepada tokoh-tokoh muslin di seluruh NTT, kata dia, diminta untuk berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk membantu menjada keamanan dan kerukunan umat beragama di masing-masing wilayahnya.
MUI NTT Waspadai Provokator Pasca-insiden Aceh Singkil
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nusa Tenggara Timur Mandarlangi Puaupa menghimbau para tokoh agama dan masyarakat di wilayah provinsi berbasis kepulauan ini untuk mewaspadai adanya provokasi pascainsiden Aceh Singkil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium