Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MUKTAMAR NU: Isu Politik Uang Memanas, KPK Diminta Turun Tangan

KH Salahudin Wahid terus melancarkan serangan kepada kandidat ketua tanfidiyah Pengurus Bear Nadlatul Ulama (PBNU).
Sejumlah peserta terlibat adu argumen saat pembahasan Tata Tertib Muktamar NU ke 33 di Alun-alun Jombang, Jawa Timur, Minggu (2/8) malam./Antara
Sejumlah peserta terlibat adu argumen saat pembahasan Tata Tertib Muktamar NU ke 33 di Alun-alun Jombang, Jawa Timur, Minggu (2/8) malam./Antara

Kabar24.com, JOMBANG-- KH Salahudin Wahid terus melancarkan serangan kepada kandidat ketua tanfidiyah Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU).

SIMAK: MUKTAMAR NU: Begini Gaya Sarungan Jokowi yang Dipuji Megawati

 

Kali ini mereka menyebut upaya membeli suara cabang senilai Rp 15 juta per pimpinan cabang NU.

BACA JUGA: 8 Keuntungan Produk Berjaminan Halal

Tudingan ini disampaikan mantan ketua PBNU era Hasyim Muzadi, Andi Jamaro ,mengetahui munculnya gerakan politik uang (money politic) dari salah satu calon ketua tanfidz.

SIMAK: CITILINK TERGELINCIR: Penumpang Terpental dari Kursi

 

Setiap PCNU dibeli dengan harga Rp 15 juta agar bersedia menyepakati metode ahlul halli wal aqdi (AHWA) atau musyawarah 9 ulama perwakilan Ahwa dalam memilih rois aam atau dewan syuro.

 "Sampai sore ini upaya membeli suara itu masih ada, " kata Andi, Minggu (2/8/2015).

Andi  menolak menyebutkan tudingan itu diarahkan kepada KH Said Agil Siraj. Namun, melihat dinamika pemaksaan mekanisme AHWA oleh panitia kepada muktamirin, membuat dirinya berpikir soal Said Agil.

"Ini bukan tudingan, tetapi yang ngotot menerapkan AHWA kan mereka."

KPK dan Polisi

Karena itu Andi berharap kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan kepolisian untuk mengusut tuntas praktik ini dan menghentikan sebelum pelaksanaan pemilihan.

Hal ini sekaligus membuktikan kepada publik bahwa mekanisme AHWA  yang didesain untuk menghindari money politic justru menjadi ajang transaksional.

Andi  menyatakan baik dirinya maupun Gus Solah tidak alergi dengan AHWA. Metode tersebut bahkan bisa disepakati setelah terlebih dulu masuk di muktamar dan ditetapkan dalam rapat pleno.

"Tidak seperti sekarang ini yang jauh hari sudah dipaksakan, " katanya.

Hingga kini dirinya masih mempersoalkan komposisi AHWA yang tak memasukkan Kyai Hasyim Muzadi. Hal ini berpotensi mengganjal keingingan muktamirin untuk mencalonkan Hasyim Muzadi sebagai kandidat Rois Aam mendampingi Gus Solah.

Bagi Andi, sosoka Hasyim sangat layak dan tepat menduduki posisi itu untuk saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo.co

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper