Kabar24.com, Jakarta—Perdana Menteri Inggris David Cameron dijadwalkan akan hadir di Indonesia selama dua hari (27-28 Juli 2015).
Dalam kunjungan kerjanya tersebut, selain akan membahas tentang masalah ekonomi, energi, dan infastruktur, Cameron juga akan membawa isu tentang penanganan kaum ekstrimis dan terorisme.
“Cameron sangat tertarik dengan kemampuan Indonesia dalam meredam kekuatan para kaum ekstrimis di dalam negeri. Ini sesuai dengan misi kami yang ingin memerangi para ekstrimis yang menjadi permasalah global saat ini,” ujar Duta Besar Inggris Moazzam Malik, Minggu (26/7/2015).
Menurut Malik, Cameron sangat ingin memerangi permasalahan kaum ekstrimis, terutama ISIS di Suriah dan Irak. Dia ingin menghimpun kekuatan dari berbagai negara dunia untuk msalah tersebut.
“ISIS dan terorisme hanya akan dapat kita kalahkan jika berbagai negara di dunia ini bersatu. Sebab ISIS dan pahamnya adalah ancaman global,” tambah Malik.
Malik menyebut bahwa saat ini cukup banyak masyarakat Inggris yang telah bergabung dengan ISIS dalam beberapa tahun terakhir. Dia menyebut terdapat 1.500 orang warganya yang telah bergabung dengan ISIS.
Hal tersebut justru berbanding terbalik dengan Indonesia, yang disebutnya ‘hanya’ memiliki 500 WNI yang telah bergabung dengan ISIS hingga saat ini.
“Ini masalahnya, jumlah kaum Muslim di negara kami sangat kecil, tetapi mengapa justru yang bergabung dengan ISIS lebih banyak dibading Indonesia? Kita ingin tahu bagaimana Indonesia sebagai negara dengan umat Muslim terbanyak di duniasukses menekan kekuatan ekstrimis,” kata Malik.
Dikatakan oleh Malik, Cameron juga ingin menjalin kerjasama tentang penanganan kaum ekstrimis dengan Singapura dan Malaysia. Sebab menurutnya, Malaysia juga memiliki kemampuan yang hampir sama dengan Indonesia dalam menangani kaum ektrimis dan terorisme.
Pasalnya menurut data yang dihimpun oleh Malik, warga negara Malaysia yang telah bergabung dengan ISIS mencapai 200 orang.
“Semoga kita dapat belajar banyak dengan Indonesia, sekaligus dapat menawarkan beberapa strategi penanganan terhadap kaum ekstirmis yang telah kita miliki,” ujar Duta Besar Inggris pertama yang bergama Muslim tersebut.